Bos AirAsia Diselidiki Polisi India Terkait Dugaan Kasus Suap
Kepolisian India pada Selasa (29/5/2018) menggeledah kantor AirAsia | PT Rifan Financindo Berjangka
AirAsia dan mitra joint venture lokal, Tata Sons, meluncurkan operasi penerbangan domestik di India pada 2014 dengan menawarkan promosi menarik untuk memikat para wisatawan anggaran. Perusahaan mengalami kesulitan pada bulan ini ketika CEO Air Asia India Amar Abrol mengundurkan diri. AirAsia beroperasi di India dari Bengaluru dan Delhi ke beberapa kota termasuk Goa, Jaipur dan Kochi.
Petugas menggerebek kantor AirAsia di kota-kota besar India sebagai bagian dari penyelidikan. Sementara itu, direktur AirAsia cabang India, Shuva Mandal, menyatakan manajemennya tidak melakukan kesalahan apa pun terkait kerja sama dengan pihak regulator dan siap menyajikan fakta yang benar.
BBC melaporkan, CBI menuding AirAsia melanggar aturan penanaman modal asing langsung di India.
Salah satu aturan yang dilanggar mengenai ketetapan bahwa perusahaan harus memiliki lima tahun pengalaman penerbangan domestik dan armada sebanyak 20 pesawat, sebelum memenuhi syarat untuk beroperasi di luar negeri. Selain Fernandes, penyidik juga menyebut nama orang lain yang terlibat dalam kasus ini, yaitu seorang direktur AirAsia, konsultan penerbangan dan pejabat pemerintah India.
Kepolisian India pada Selasa (29/5/2018) menggeledah kantor AirAsia sehubungan dengan kasus yang menimpa bos AirAsia Tony Fernandes yang diduga menyuap pejabat pemerintah untuk memperoleh izin penerbangan internasional Biro Investigasi Pusat (CBI) India sedang menyelidiki dugaan Fernandes yang secara ilegal melobi para pejabat India untuk mendapat lisensi bagi operasional maskapainya.
"Kami telah mengajukan kasus terhadap bos AirAsia Tony Fernandes, koleganya dan pejabat pemerintah atas pengadaan lisensi secara ilegal," kata pejabat CBI, RK Gaur, kepada AFP.
Kantor AirAsia digeledah, bos Tony Fernandes diselidiki terkait dugaan korupsi | PT Rifan Financindo Berjangka
Kongkalikong itu, menurut CBI, melibatkan lima individu, sebuah perusahaan berbasis di Singapura, dan beberapa pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya.
Penyelidikan di India merupakan kasus kedua bagi Fernandes. Pria itu juga tengah diinvestigasi di Malaysia sehubungan dengan pembatalan 120 penerbangan pada masa pemilihan umum awal Mei lalu.
Pada Januari lalu, AirAsia Group Bhd, tengah mempertimbangkan untuk menawarkan saham maskapainya secara perdana di India.
AirAsia India memiliki 14 pesawat pada akhir 2017, namun berencana menambah jumlahnya hingga mencapai 60 unit selama lima tahun ke depan.
Maskapai asal Malaysia ini mulai beroperasi di India pada 2014 dengan menggandeng perusahaan setempat, Tata Sons.
Pada saat itu, aturan penerbangan mengharuskan AirAsia India beroperasi di pasar domestik selama lima tahun dan memiliki armada 20 pesawat sebelum diperbolehkan melayani rute internasional.
Namun, tahun lalu, klausul itu dihapus.
CBI menuduh ada uang suap yang dialirkan ke sejumlah pejabat pemerintah "demi mengamankan perizinan untuk layanan tranportasi udara terjadwal tujuan internasional".
Dalam dokumen penyelidikan sebagaimana dipaparkan kantor berita Reuters, CBI menuding AirAsia, Fernandes, dan lainnya "memilih untuk mengalahkan kerangka hukum dan kebijakan sektor penerbangan India" dan melobi sejumlah pejabat pemerintah "demi mengamankan persyaratan wajib, beberapa di antaranya melalui cara-cara non-transparan".
CBI menuding AirAsia melanggar aturan penanaman modal asing langsung di India dan menyuap sejumlah pejabat pemerintah saat berupaya memperoleh izin terbang ke tujuan internasional.
Dalam pernyataan resmi, pada Selasa (29/05), AirAsia India membantah semua tuduhan yang diarahkan aparat India. Lebih lanjut maskapai tersebut menegaskan sedang bekerja sama dengan semua pihak regulator "untuk menyajikan fakta-fakta yang benar".
Grup AirAsia, pada Rabu (30/05), mengalihkan semua permintaan komentar ke AirAsia India. Adapun Tony Fernandes tidak merespons segala permohonan wawancara.
Kami telah mengajukan kasus terhadap direktur AirAsia Tony Fernandes, kolega-koleganya, dan sejumlah pejabat pemerintah mengenai pemerolehan izin secara ilegal," ujar pejabat Biro Pusat Investigasi (CBI) India, RK Gaur kepada kantor berita AFP.
Diduga melakukan suap, India periksa CEO AirAsia | PT Rifan Financindo Berjangka
Direktur unit India Shuva Mandal membantah telah melakukan kesalahan apapun terkait kasus ini.
Baik email maupun telpon yang ditujukan kepada Fernandes tidak membuahkan respons. Sementara, juru bicara AirAsia mengatakan Fernandes belum bisa diwawancara.
Isu ini sukses membuat saham AirAsia Group Bhd anjlok ke level terendah dalam enam bulan terakhir pada transaksi Rabu (30/5). Mengutip data Bloomberg, saham AirAsia merosot 6,3% menjadi 3,10 ringgit, yang merupakan level terendah sejak 29 November lalu. Pada pukul 11.08 waktu Kuala Lumpur, saham AirAsia merosot 6%.
Pemerintah India melakukan investigasi terhadap Chief Executive Officer Tony Fernandes dan sejumlah pejabat atas dugaan menyuap untuk mempengaruhi kebijakan lokal.
Biro Pusat Investigasi India (Central Bureau of Investigation/CBI) pada Selasa kemarin mengatakan bahwa sejumlah eksekutif AirAsia menyuap pejabat India melalui perantara untuk mempengaruhi keputusan pemerintah mengenai penerbangan, termasuk di antaranya mengeluarkan izin penerbangan untuk unit lokal dan menyetujui operasional penerbangan internasional.
Dugaan suap ini memunculkan ketidakpastian atas rencana ekspansi perusahaan.
Fernandes memasukkan India sebagai salah satu pilar utama atas rencana mimpi besarnya di Asia. Tujuan utamanya adalah mengambil kue pangsa pasar yang saat ini masih didominasi oleh Air India. Lewat unit di India, dia berencana menambah penerbangan domestik. Sementara, penerbangan internasional sudah dalam pipeline.