top of page

Jokowi Lepas Kapal Pengangkut 4,300 TEUs Ekspor Indonesia

Jokowi melepas kapal kontainer asal Amerika Serikat | PT Rifan Financindo Berjangka

Jokowi menuturkan, ekspor ke Amerika Serikat hari ini menunjukkan Indonesia memiliki peran strategis dalam geo ekonomi di Indo-Pasifik. Indonesia, ujar Jokowi, sedang berusaha menjadikan kawasan Indo-Pasifik sebagai pusat perdagangan dan industri dunia.


"Di saat bersamaan peningkatan ekspor seperti sekarang akan terus kita tingkatkan sehingga akan memperkuat pertumbuhan ekonomi kita," ujar Jokowi.


Hadir dalam pelepasan itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Massasya.


CMA CGM Tage merupakan satu dari beberapa kapal berkapasitas 10 ribu TEUs yang kini berlabuh di Tanjung Priok. Sebanyak 4,300 TEUs dari total kapasitas kapal itu diisi komoditas ekspor Indonesia seperti alas kaki, garmen dan elektronik.


CMA CGM Tage memiliki bobot 95,263 gross tonnage (GT) dan panjang 300 meter. Kapal itu melayani direct call dengan tujuan akhir, Amerika Serikat. Dengan direct call, biaya pengiriman disebut menghemat US$ 300 per kontainer. "Ini akan menurunkan biaya logistik yang sangat besar," kata Jokowi.


Presiden Joko Widodo atau Jokowi melepas kapal kontainer asal Amerika Serikat, CMA CGM Tage yang mengangkut berbagai komoditas ekspor Indonesia. Pelepasan dilakukan di Terminal Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.


"Melalui pelepasan ekspor dengan kapal besar kita ingin tunjukkan bahwa ekonomi kita tetap berjalan dengan baik, tetap tangguh dan terus bergerak," kata Jokowi, Selasa, Mei 2018.


Ekspor Pakai Kapal Raksasa Tingkatkan Daya Saing Produk RI | PT Rifan Financindo Berjangka


Kapal-kapal ukuran raksasa tersebut menawarkan layanan angkutan barang yang lebih kompetitif dan waktu pengiriman lebih cepat, sehingga berpotensi meningkatkan daya saing produk–produk ekspor Indonesia, khususnya di Amerika Serikat," ujar dia.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada 2017 surplus sebesar 11,84 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan surplus pada 2016, yang sebesar 9,53 miliar dolar AS.


Surplus neraca perdagangan pada 2017 menunjukkan level tertinggi sejak 2013 dan 2014 yang mengalami defisit, dan kemudian kembali surplus pada 2015 dan 2016.


Perlu diketahui, Kapal layanan Direct Call CMA CGM Tage yang berlabuh pada Minggu 13 Mei 2018 ini memiliki kapasitas sekitar 10.000 TEUs. Kapal berbobot 95.263 GT (Gross Tonnage) dengan ukuran panjang 300 meter ini merupakan satu dari beberapa kapal raksasa, yang kini secara rutin berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.


Selain kapal CMA CGM Tage, ada beberapa kapal besar (mother vessel) yang rutin berlabuh di Tanjung Priok, seperti generasi Post – Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas.


Bahkan kapal APL Salalah memiliki kapasitas di atas 10.000 TEUs, dengan bobot hampir 130 ribu GT, dan panjangnya mencapai 347 meter. Rute layanan langsung atau direct-call yang ditawarkan antara lain tujuan Eropa Utara, pantai barat Amerika Serikat, dan Intra-Asia.


Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau infrastruktur pelabuhan sekaligus pelepasan ekspor melalui kapal kontainer ukuran raksasa yang mengangkut berbagai komoditas dari Indonesia ke mancanegara dari pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC.


Kapal CMA CGM Tage yang melayani rute langsung atau direct call akan bertolak dari Terminal Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menuju tujuan akhir Los Angeles, Amerika Serikat. Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya menegaskan, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi poros maritim dunia.


"Keberadaan kapal-kapal terbesar di dunia ini menunjukkan bahwa IPC siap mengelola pelabuhan bongkar muat terbesar di Indonesia. Didukung dengan IT System dan peralatan modern yang ada, kami bekerja seefektif dan seefisien mungkin mendukung peningkatan ekspor,” ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (15/5/2018).

Pemerintah Rayu Kapal Asing Bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok | PT Rifan Financindo Berjangka

Presiden Joko Widodo baru saja melepas ekspor produk manufaktur ke Amerika Serikat (AS) dari Pelabuhan Tanjung Priok. Total volume barang yang diekspor mencapai 4.300 Twenty Foot Equivalent Units (TEUs) dengan menggunakan kapal besar tipe CMA CGM Tage.


Kapal layanan direct call berasal dari Negeri Paman Sam yang berlabuh dari Pelabuhan Tanjung Priok itu memiliki kapasitas 10.000 TEUs. Kapal berbobot 95.263 gross tonage (GT) dengan panjang 300 meter ini merupakan satu dari beberapa kapal raksasa yang telah rutin bersandar di sana.


Kapal CMA CGM Tage ini membawa 4.300 TEUs barang dari 32 perusahaan di Indonesia yang akan dieskpor ke AS tanpa transit. Adapun total ekspornya senilai lebih dari 11 juta dolar AS, yang terdiri atas produk alas kaki (sepatu) sebanyak 50 persen, produk garmen 15 persen, produk karet, ban, dan turunannya 10 persen, elektronik 10 persen. Sementara produk lainnya seperti ikan beku, kertas, dan suku cadang kendaraan 15 persen.


Kalau dulu kan saya paksa Pelindo II harus ke sini tapi kapalnya hanya bersandar dua minggu sekali. Ya enggak mau pemilik barangnya. Dia (pelaku eskpor) lebih baik ke Singapura, karena seminggu sekali," katanya.



Karena itu, dia meminta kepada PT Pelindo II (Persero) sebagai pemilik pelabuhan segera membenahi sarana dan prasarana yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok. Jika sudah dibenahi, dia menjamin kapal-kapal asing yang melayani rute langsung tanpa transit akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok.


"Pertama, pasti murah. Yang kedua, pasti transparan. Ketiga, pasti mudah. Terus semua prasarananya bagus, itu dulu. Kalau itu sudah tercapai maka skala ekonomis yang lain akan dengan sendirinya terbangun. Makanya saya push sekali apa yang ada di Priok ini," katanya.


Pemerintah tengah memikirkan strategi untuk menarik kapal-kapal asing agar sering bersandar di pelabuhan Indonesia. Pasalnya, dengan adanya kapal asing mampu menekan biaya pengiriman logistik sebesar 300 dolar AS per kontainer atau Rp4,1 juta (sesuai kurs rupiah).


"Kuncinya adalah kecepatan dan kuncinya bagaimana kita meng-improve pelabuhan kita itu makin diminati sehingga barang kita itu tidak lewat Singapura, langsung dari sini gitu. itu yang menjadi PR (pekerjaan rumah) kita," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/5/2018).


Budi Karya juga mengungkapkan, saat ini para pelaku usaha industri lebih memilih untuk mengekspor barang-barangnya melalui pelabuhan di Singapura. Sebab, kapal asing yang bersandar di Singapura lebih cepat tiba dibandingkan di pelabuhan Indonesia.




bottom of page