top of page

BI Mesti Agresif Naikkan Bunga Acuan

(BI) berpeluang menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen | PT Rifan Financindo Berjangka

Aviliani menilai Bank Sentral memang saat ini harus memilih untuk mengarahkan instrumen suku bunga guna menjaga stabilitas, atau untuk mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi. Apabila suku bunga dinaikkan hingga 50 bps, memang terdapat risiko kenaikan suku bunga dana dan kredit di bank yang bisa memukul konsumsi masyarakat.


Namun, peran investasi untuk menopang ekspansi swasta juga penting. Peran investasi swasta itu dapat dipulihkan dengan mengendalikan nilai rupiah, sehingga beban biaya impor dunia usaha tidak membengkak.


Ekonom yang juga Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, Aviliani di Jakarta, Selasa (15/5), mengatakan BI sudah terlambat jika hanya menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps. Pasalnya, selisih imbal hasil instrumen keuangan di Indonesia dan negara maju sudah semakin menyempit, sehingga membuat investor lebih memburu aset berdenominasi dollar AS dan melepas rupiah.


Kenaikan 50 basis poin juga patut dipertimbangkan karena di sisa tahun, bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) masih bisa menaikkan suku bunga acuanya sebanyak dua hingga tiga kali atau secara akumaltif menjadi 100 basis poin tahun ini. “50 basis poin, paling tidak untuk menahan capital outflow, paling tidak sudah lihat The Fed akan menaikkan 75-100 basis poin tahun ini,” ujarnya.


Bank Indonesia (BI) berpeluang menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari mulai, hari ini (16/5). Langkah pengetatan tersebut perlu dilakukan guna meredam keluarnya arus modal asing atau capital outflow yang telah menggerus kinerja rupiah dalam beberapa waktu belakangan ini.

BI akan naikkan bunga acuan, Dirut BTN: Semoga nggak | PT Rifan Financindo Berjangka

Kerja sama antara Bank BTN dengan Grab Indonesia adalah pilot project pengadaan KPR bersubsidi bagi pekerja sektor informal berpendapatan tidak tetap. Tahap awal menyasar 1800 mitra pengemudi GrabBike di Jabodetabek.


Kepada mereka difasilitasi memberi rumah layak huni murah dengan nilai cicilan Rp 48 ribu per hari hingga maksimal 20 tahun. Untuk mengikuti program ini pengojek online harus menyetorkan uang muka senilai Rp 4 juta.


Namun jika akhirnya BI menaikkan suku bunga acuan, otomatis perbankan menaikkan suku bunga kredit termasuk KPR. Maryono berharap bila itu yang terjadi, maka tidak terlalu besar kenaikannya sehingga pengaruhnya terhadap KPR tidak signifikan.


"Sebab stuktur ekonomi Indonesia sudah bagus, sudah on track seperti rencana pemerintah," tambahnya di sela peresmian kerjasama Bank BTN dengan Grab Indonesia untuk penyediaan KPR bersubsidi bagi mitra pengemudi ojek online.


Saat ini BI masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate pada posisi 4,25%. Rencananya kenaikan suku bunga tersebut akan diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Mei 2018.


Bank Indonesia (BI) memberi sinyal berencana menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate. Langkah tersebut untuk meredam pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus Rp 14 ribu.


"Semoga tidak ada kenaikan suku bunga," kata Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono di Gedung BTN, Jakarta, Selasa (15/5/2018).


Bankir Tahan Kenaikan Suku Bunga Kredit | PT Rifan Financindo Berjangka



"Perlu ada respons kebijakan dari BI ketika pasar sudah bergejolak," kata Tiko sapaan akrab Kartika.


PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk juga menilai peningkatan suku bunga kebijakan BI kemungkinan terjadi. Pelaku pasar juga sudah memperkirakan/berekspetasi tentang kenaikan suku bunga acuan dari berbagai sinyalemen yang diungkapkan Bank Sentral dalam beberapa hari terakhir.


Senada dengan BRI dan Mandiri, BCA melihat kenaikan suku bunga BI tidak akan langsung mengerek suku bunga kredit."25 basis poin tidak terlalu besar pengaruhnya ke apetite kredit. Kita jaga terus," ujar Direktur BCA Vera Eve Lim


Kalangan bankir juga melihat urgensi bagi Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga, karena arus modal keluar yang semakin menekan nilai rupiah.


Direktur Utama PT. Bank Mandiri Persero Tbk Kartika Wirjoatmodjo menilai BI tidak perlu terlalu khawatir soal respons Perbankan terkait kenaikan suku bunga kredit, bila BI Rate dinaikkan. Pasalnya, permintaan kredit juga belum begitu pulih. Jika suku bunga kredit naik, dikhawatirkan akan semakin menggerus permintaan kredit.


Meski demikian, kata Supra, BRI tidak akan langsung menaikkan suku bunga kredit untuk mengkompensasi biaya dana karena suku bunga simpanan yang meningkat. Dia mengaku akan meningkatkan efesiensi agar beban operasional tidak meningkat.


"Suku bunga kredit saya berusaha untuk tidak naik. Cost of Fund bisa ditutup dengan yang lain," ujarnya.


"Tekanan global ini akan mendorong kemungkinan BI menaikkan sekitar 0,25 persen bunga acuannya," ujar Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Suprajarto."Kalau suku bunga BI naik, ya otomatis (suku bunga simpanan) naik," ujar Suprajarto.


Kalangan bankir bank-bank besar meyakini Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur 16-17 Mei 2018 ini.


Sebagian besar bankir yang diwawancarai, mengindikasikan akan merespons dengan menaikkan suku bunga simpanan, namun akan mempertimbangkan rasio kredit bermasalah dan permintaan kredit saat akan menaikkan suku bunga kredit.



bottom of page