Triwulan I 2018, Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Naik Jadi 6,02 Persen
Perekonomian DKI Jakarta terus menggeliat | PT Rifan Financindo Berjangka
"Dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang baik pada awal tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang positif akan berlanjut pada triwulan berikutnya," ucap Trisno. Kondisi tersebut kemudian akan didukung oleh akselerasi konsumsi rumah tangga, sejalan dengan meningkatnya belanja masyarakat terutama pada momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Penyelenggaraan Asian Games 2018 pada Agustus hingga September mendatang juga akan menjadi faktor positif yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi ibu kota pada triwulan berjalan, khususnya melalui dorongan pada ekspor jasa dan lapangan usaha perdagangan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Perbaikan kinerja perekonomian Jakarta dari sisi pengeluaran, juga sejalan dengan kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha (LU). Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kelompok hiburan dan rekreasi pada triwulan I 2018, tercermin pada pertumbuhan LU Transportasi dan Pergudangan yang terutama bersumber dari kegiatan perjalanan masyarakat melalui udara yang tumbuh cukup tinggi hingga mencapai 20,2 persen (yoy).
Sementara itu, kegiatan investasi yang lebih terdorong oleh investasi nonbangunan terefleksi pada tingginya pertumbuhan LU Industri Pengolahan. Lebih lanjut, pembangunan konstruksi, khususnya infrastruktur transportasi di ibukota, yang telah mencapai progress di atas 90 persen berdampak pada lebih rendahnya aktivitas pembangunan, sehingga menyebabkan pertumbuhan LU Konstruksi melambat pada triwulan I 2018.
Kegiatan konsumsi rumah tangga didorong oleh pertumbuhan konsumsi untuk keperluan rekreasi. Sementara itu, penyelenggaraan Pilkada serentak di beberapa daerah pada Juni mendatang turut berkontribusi positif pada kinerja ekonomi DKI Jakarta. Hal itu tercermin dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi Lembaga Non-Publik yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun, dari sisi pemerintah, dukungan fiskal relatif masih terbatas, tercermin dari realisasi pertumbuhan pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang justru terkontraksi (tumbuh negatif).
Kemudian, semakin dekatnya penyelenggaraan Asian Games 2018 juga mendorong kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya para atlet dan official yang berkunjung untuk melakukan uji coba arena Asian Games (test event) pada Februari lalu, sehingga hal tersebut mendorong ekspor jasa dan juga berdampak positif pada akselerasi pertumbuhan ekspor DKI Jakarta," terang Trisno. Di sisi lain, kemampuan konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta pada triwulan I 2018 tetap stabil dengan capaian pertumbuhan yang lebih baik dari triwulan sebelumnya.
Selain itu, dorongan terhadap meningkatnya akuisisi barang modal dan penambahan alat-alat faktor produksi pada industri pengolahan DKI Jakarta membuat Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) lebih tinggi dari PDB nasional yang tumbuh hanya 5,06 persen pada kuartal I 2018. Trisno menambahkan, hal itu kemudian berimplikasi pada meningkatnya impor barang modal dan mendorong kinerja impor, sehingga pertumbuhan impor DKI Jakarta pada triwulan I 2018 mengalami akselerasi yang cukup tinggi.
Perekonomian DKI Jakarta terus menggeliat pada awal tahun 2018. Pada triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi di ibu kota tercatat sebesar 6,02 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada periode sama pada 2017 yang hanya sebesar 5,88 persen (yoy). Selain itu juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I 2018 ini yang hanya 5,06 persen.
"Akselerasi pertumbuhan ini sejalan dengan perkiraan BI dan menjadi indikator terus berlanjutnya momentum peningkatan pertumbuhan ekonomi ibu kota," kata Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho dalam siaran pers, Selasa (8/5/2018). Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta terjadi lantaran ditopang oleh kinerja investasi atau pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I 2018 yang stabil pada level cukup tinggi.
Menko Darmin Cuhat Genjot Ekonomi RI Perlu Perjuangan | PT Rifan Financindo Berjangka
Darmin juga mengakui pertumbuhan konsumsi pada kuartal I tahun ini cenderung stagnan. Tren ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
"Konsumsi sudah sekian tahun itu 4,95 persen. Itu memang ya itu levelnya sekitar itu, jangan mengharapkan lagi seperti 2010 dan 2011," kata dia.
Dikatakannya, tren pertumbuhan konsumsi yang sulit mencapai angka 7 persen seperti tahun 2011-an bukan hanya disebabkan oleh tingkat ekonomi Indonesia.
"Tapi juga kebiasaan orang dan masyarakat untuk mulai agak nahan konsumsinya sepeti 5,6,7 tahun lalu. Itu karena dia mau jalan-jalan, pertumbuhan konsumsi secara reguler tidak setinggi 5 tahun lalu," ujarnya.
"Itu memang perlu perjuangan," kata Darmin di kantornya, Senin Malam 7 Mei 2018.
Mantan Gubernur BI ini pun mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2018 tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN.
"Tetapi jangan lupa kuartal I itu kecenderungannya sedikit rendah dibanding kuartal-kuartal sesudahnya," ujar dia.
Ia melanjutkan, pihaknya beberapa waktu lalu sudah mengungkapkan bahwa musim panen RI pada tahun ini bergeser di April. Hal inilah yang menurutnya mengurangi kecepatan pertumbuhan pada kuartal I 2018.
"Kalau dilihat pertumbuhan sektor pertanian lebih rinci, itu kelompok pangan negatif di kuartal I, terutama pangan lah," ujarnya.
Badan Pusat Statistik telah mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. Angka itu memang lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun lalu, namun masih jauh dari target APBN 2018 sebesar 5,4 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun mengakui untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dalam APBN sebesar 5,4 itu butuh perjuangan. Hal itu diungkapkan Darmin saat ditanya apakah Pemerintah masih optimis mencapai target tersebut.
Jangan harap konsumsi rumah tangga seperti tahun 2010 | PT Rifan Financindo Berjangka
Yang harus didorong, lanjut Darmin adalah investasi dan ekspor. BPS mencatat, investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) kuartal-I 2018 sebesar 7,95%, jauh lebih tinggi dibanding kuartal-I 2017 yang hanya tumbuh 4,77%.
Sayangnya ekspor tumbuh 6,17%, melambat dari kuartal pertama 2017 yang sebesar 8,41%. Apalagi impor sebagai faktor pengurang, tumbuh 12,75%, jauh lebih tinggi dari kuartal pertama 2017 yang hanya 4,81%.
Menurut Darmin, pertumbuhan investasi tersebut menjadi pertumbuhan yang paling baik dalam dua atau tiga tahun belakangan. Sementara ekspor, walau impornya lebih tinggi, harus dilihat lagi secara detail.
"Kelihatannya impornya cukup dominan ya bahan baku dan barang modal. Sehingga walaupun mengurangi tingkat kadar pertumbuhan, tapi kalau impor yang relatif tinggi itu isinya adalah barang modal dan bahan baku maka ke depan dampaknya positif," tambah dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kondisi konsumsi rumah tangga saat ini memang hanya mampu tumbuh di level sekitar itu saat ini. "Jangan harapkan lagi (konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi) seperti tahun 2010-2011," kata Darmin di kantornya, Senin, (7/5).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama tahun ini 5,06%, di bawah ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia yang masing-masing sebesar 5,2% dan 5,1%.
Salah satunya, karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung stagnan, hanya tumbuh 4,95% dibanding kuartal-I 2017 sebesar 4,94%. Padahal komponen ini merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar