top of page

Harga Minyak di Asia Menguji Level USD71/Barel

Harga minyak di sesi perdagangan Asia dengan menguji level USD71 per barel | PT Rifan Financindo Berjangka

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada 12 Mei, harus memutuskan apakah akan mengembalikan hukuman pada salah satu produsen minyak terbesar dunia tersebut atau tidak. Tentu kondisi itu akan memberikan efek terhadap pergerakan harga minyak dunia yang sekarang ini sedang diupayakan bisa terus menguat.


Membawa kembali sanksi terhadap Iran dapat menghapus hingga satu juta barel per hari pasokan minyak mentah Iran, yang menurut Brennock bisa cukup untuk mendorong harga minyak menuju USD80 per barel. Trump telah lama mengancam akan menjauh dari perjanjian penting kecuali ada penandatanganan dan Kongres Eropa mendamaikan kekhawatirannya.


Sebagai tanggapan, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Trump tidak berhak menegosiasikan kembali kesepakatan itu dan menuduh Iran melakukan pelanggaran. Pada Kamis lalu, Menteri Luar Negeri Iran juga memperingatkan administrasi Trump bahwa pihaknya tidak akan berusaha merundingkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan para pemimpin dunia.


Sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap Iran dan pasokan yang ketat berpotensi mendukung kenaikan harga minyak di sesi perdagangan Asia dengan menguji level USD71 per barel.


"Adapun rentang perdagangan potensial berada di level USD68,55-USD71 per barel," ujar tim analis Monex Investindo Futures dalam hasil analisanya, Senin, 7 Mei 2018.


Harga minyak mentah menguat 1,9 persen di level USD69,79 pada perdagangan Jumat, trader menanti kemungkinan sanksi yang dijatuhkan AS kepada Iran, salah satu produsen di OPEC.

Harga Jual Minyak AS di Venezuela Kembali Naik, Iran Khawatir | PT Rifan Financindo Berjangka


Para analis berpendapat krisis ekonomi yang terus berlangsung dapat merusak produksi dan ekspor minyak Venezuela.


"Berita besar minggu ini adalah tentang kesepakatan minyak dan nuklir Iran. Sebagian besar pelaku pasar berharap Trump menarik kembali kesepakatan itu," ungkap George McKenna, kepala strategi pasar di perusahaan AxiTrader dilansir dari laman Reuters (7/5).


Belum lama Iran kembali muncul sebagai eksportir minyak utama pada 2016 setelah sanksi internasional terhadapnya dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.


Trump kini mulai ragu atas komitmen Iran (terhadap program nuklir) dan kembali mengancam tidak akan memperpanjang masa pencabutan sanksi internasional yang akan berakhir pada 12 Mei nanti. Hal ini akan berakibat pada pengurangan kembali ekspor minyak Iran.


Minyak mentah Brent kini ada pada harga $75,71 per barel. Angka tersebut naik 84 sen atau 1.12 persen dari penutupan terakhir.


Sementara itu minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen atau 0.95 persen dari harga terakhir $70.39 per barel.


Shannon Rivkin, direktur investasi dari Rivkin Securities Australia, mengatakan kenaikan harga ini terjadi karena "meningkatnya kekhawatiran atas jatuhnya ekonomi Venezuela dan industri minyaknya, ditambah kemungkinan sanksi baru terhadap Iran dari administrasi Trump".


Saat ini Venezuela tengah dilanda krisis ekonomi. Produksi minyak Venezuela yang merupakan komoditas utamanya telah berkurang separuh sejak awal 2000-an menjadi hanya 1,5 juta barel per hari (bpd), karena negara Amerika Selatan yang berinvestasi di Venezuela telah gagal mempertahankan industri energinya.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) di Venezuela kembali naik jadi diatas $70 per barel. Kenaikan ini merupakan yang pertama sejak November 2014.


Dengan adanya keadaan ini, Iran khawatir AS akan meninggalkan kesepakatan yang telah dibangun dan kembali memberlakukan sanksi untuk menjaga pasar minyak internasional tetap meningkat.

Stabil Tinggi, Harga Minyak Dekati Posisi Seperti 2014 | PT Rifan Financindo Berjangka


Rata-rata produksi minyak Venezuela saat ini tinggal 1,5 juta barel per hari, turun setengahnya dibandingkan masa kejayaan ekonomi negara itu. Sudah hampir 20 tahun, Venezuela tak melakukan investasi di sektor migas, baik untuk aspek sumber daya manusia maupun teknologi.


BUMN migas milik Venezuela, PDVSA telah menjual salah satu ladang minyak mereka di kawasan Karibia, kepada korporasi migas AS, ConocoPhillips. Langkah bisnis ini akan makin menurunkan catatan produksi minyak Venezuela, yang sejak tahun 2000 terus melorot.


Dikutip dari Reuters, minyak mentah Brent di pasar berjangka berada di harga USD 74,87 per barel, tidak berubah dari penutupan terakhir mereka. Sedangkan jenis West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik 4 sen, menjadi USD 69,76 per barel. WTI pada Jumat (4/5) lalu mencapai level tertingginya sejak November 2014.

Produksi minyak Iran kembali masuk pasar dunia, setelah salah satu negara eksportir minyak utama itu mendapat pencabutan sanksi dari AS, yang dijatuhkan sejak 2016. Pencabutan sanksi ini diberikan, setelah Iran menyetujui pembatasan program nuklirnya.

Namun Trump mengindikasikan keraguan atas sikap politik Iran, sehingga mewacanakan perpanjangan sanksi. Analis juga memperingatkan tentang krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Venezuela, salah satu negara penghasil minyak dunia.


Pasar minyak dunia stabil di posisi tinggi, pada Senin (7/5), dengan harga mendekati tertinggi seperti akhir 2014. Hal ini dipicu keputusan yang membayangi Amerika Serikat (AS) yang akan kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran, ketimbang mancapai kesepakatan.





bottom of page