Pembahasan Pedoman Sawit Berkelanjutan Segera Rampung
Pedoman praktik minyak sawit berkelanjutan melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) | PT Rifan Financindo Berjangka
Pemerintah menyatakan terus mendorong minyak kelapa sawit untuk berbagai rencana pengembangan energi ke depan. Hal itu didukung sifat minyak kelapa sawit yang lebih efisien dibanding sumber minyak nabati lain. Dari segi produktivitas, hasil dari minyak kelapa sawit juga lebih besar dibanding minyak nabati sejenisnya. Untuk satu hektare lahan saja, bisa menghasilkan sekitar 4 ton minyak kelapa sawit, di mana kalau minyak dari biji bunga hanya bisa menghasilkan 0,6 ton untuk luasan wilayah yang sama.
"Bersama dengan mitra di ICOPE (International Conference on Oil Palm and Environment), forum ilmiah dapat dibentuk untuk menciptakan inovasi dan kebijakan berbasis teknologi yang dapat menepis dugaan dampak buruk kelapa sawit," tutur Darmin.
Darmin mengungkapkan, ISPO diharapkan bisa memiliki hirearki hukum lebih tinggi supaya bisa diterapkan untuk lintas sektoral. Selain itu, ISPO juga didorong untuk menggunakan pendekatan lanskap dan pertanian yang berkelanjutan. "ISPO juga bisa dipakai untuk meningkatkan diplomasi internasional," tutur Darmin.
Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tengah merampungkan pedoman praktik minyak sawit berkelanjutan melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Dengan ISPO, produksi minyak kelapa sawit dari Indonesia dipastikan memenuhi standar kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan sertifikasi yang mengacu pada standar internasional.
"Saat ini, Kemenko Perekonomian sedang melakukan tahap akhir proses penguatan ISPO, melibatkan multi stakeholders mulai dari kementerian dan lembaga terkait, pemda, akademisi, pelaku industri, petani, asosiasi, maupun LSM," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (25/4/2018).
Produktivitas Lahan dan Penguatan ISPO Perlu Dilakukan | PT Rifan Financindo Berjangka
"ISPO adalah standar pengujian kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia dan ketentuan sertifikasi yang mengacu pada organisasi standardisasi internasional," jelas Darmin.
ISPO diharapkan dapat memiliki hierarki hukum yang lebih tinggi agar dapat diterapkan lintas sektoral, memiliki pendekatan lansekap dan pertanian berkelanjutan, menggunakan teknologi informasi, serta dapat dipakai untuk meningkatkan diplomasi internasional.
Melalui Konferensi Internasional ke-6 tentang Kelapa Sawit dan Lingkungan Hidup (ICOPE), Darmin berharap dapat menghasilkan solusi untuk meningkatkan produksi minyak sawit berkelanjutan menggunakan sains dan teknologi.
Bersama dengan mitra ICOPE, forum diskusi ilmiah dapat dibentuk untuk menciptakan inovasi dan kebijakan teknologi.
Misalnya, pada tahun 2017 Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Program Penanaman Perkebunan Rakyat (PPR) di Kabupaten Musi Banyuasin - Sumatera Selatan dan Serdang Bedagai - Sumatera Utara.
Menanggapi dampak masalah lingkungan, Menko Darmin menerangkan, pemerintah telah menetapkan dan menegakkan pedoman praktik minyak sawit berkelanjutan melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Saat ini, Menko Perekonomian juga sedang melakukan tahap akhir proses penguatan ISPO, yang melibatkan multi stakeholders, mulai dari lintas kementerian / lembaga (K/L), pemerintah daerah, akademisi, pelaku industri, petani, asosiasi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, minyak sawit adalah produk tanaman yang paling efisien untuk sumber minyak nabati. Itu jika dibandingkan dengan kacang kedelai, rapeseed atau bunga matahari. Berdasarkan rasio penggunaan lahan, per hektar kebun sawit akan menghasilkan sekitar 4 ton minyak sawit. Sedangkan biji bunga matahari hanya menghasilkan 0,6 ton.
"Ini menunjukkan bahwa produksi minyak sawit sangat efisien dalam hal penggunaan lahan dan mengonsumsi energi paling sedikit dibandingkan dengan banyak tanaman minyak lainnya," ujar Darmin Nasution dalam keterangan pressnya di acara The 6th International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE), di Bali, Rabu (25/4).
Menurutnya, pemerintah terus mendukung produktivitas petani sawit dengan memanfaatkan luas lahan yang sudah ada. Dalam rangka meningkatkan produktivitas perkebunan petani kecil.
( Baca : Chatib Basri Jadi Komisaris Astra Lagi )
Perpres ISPO Diharapkan Rampung Bulan Depan | PT Rifan Financindo Berjangka
Komoditas ini juga dinilai lebih efisien dibandingkan produksi vegetable oil lainnya seperti yang dihasilkan dari kedelai, sunflower oil, dan rapeseed oil.
“Sawit adalah jawaban Indonesia dalam isu lingkungan. Sawit adalah tanaman yang paling efisien dan sejalan dengan keberlanjutan lingkungan. Riset menunjukkan crop lainnya lebih berkontribusi terhadap deforestasi,” terangnya.
Darmin mengungkapkan solusi yang tepat adalah bagaimana sektor bisnis dan lingkungan bisa bekerja sama dalam mengembangkan sawit yang ramah lingkungan. Apalagi, populasi manusia di dunia akan terus bertambah sehingga diperlukan komoditas dengan produktivitas dan efisiensi tinggi untuk menjamin keamanan pangan.
Berdasarkan catatan Bisnis, secara umum Perpres ISPO memuat langkah-langkah percepatan sertifikasi ISPO bagi pekebun sawit plasma dan pekebun sawit swadaya serta penerimaannya di pasar global.
Terkait banyaknya kampanye negatid terhadap kelapa sawit, Darmin mengklaim opini-opini miring itu tidak benar.
Menurutnya, lahan yang ditanami sawit sekarang adalah lahan yang sudah ditebang sejak 30-60 tahun lalu. Jika tidak ditanami kelapa sawit, maka lahan tersebut akan hancur.
Penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) masih belum rampung.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan beleid tersebut masih dibahas di tingkat menteri koordinator (menko). Namun, dia meyakini Perpres ini bakal kelar dalam waktu dekat.
“Belum [rampung], kelihatannya bisa kita selesaikan dalam waktu tidak lama. Mungkin dalam 1 bulan ke depan,” ujarnya di sela-sela The 6th International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) yang bertemakan Embracing Sustainable Palm Oil: Solutions for Local Production and Global Change di Nusa Dua, Bali, Rabu (25/4/2018).