top of page

Harga Minyak Dunia Menguat (19/4)

Harga minyakmelejit hampir 3 persen pada perdagangan Rabu (19/4) | PT Rifan Financindo Berjangka



Sebagai catatan, OPEC dan 10 negara produsen minyak lain sepakat memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta bph sejak Januari 2017 dan berkomitmen untuk menjalankannya hingga akhir 2018.


Jumat depan, Komite Kementerian OPEC yang bertugas mengawasi jalannya kesepakatan pemangkasan produksi dengan negara non OPEC yang dipimpin oleh Rusia bertemu di Jeddah.


"Kendati harga minyak berada di atas US$70 per barel dan kelebihan pasokan sudah dikurangi, pembahasan mengenai penghentian pemangkasan produksi tidak akan berada dalam agenda," ujar analis minyak Commerzbank Carsten Fritsch.


Sebelumnya, harga minyak juga telah ditopang oleh persepsi investor bahwa tensi di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan, termasuk sanksi baru AS terhadap Iran dan penurunan produksi Venezula yang sedang dilanda krisis.


Dalam catatan Dutch Bank ING kepada kliennya, harga Brent telah kembali ke level di atas US$70 per barel pada April. Hal itu terjadi akibat risiko geopolitik bersamaan dengan perkembangan fundamental yang bersifat mendorong harga di pasar.


Ini mungkin salah satu laporan yang paling bersifat mendorong harga (bullish) dalam beberapa waktu, dengan penurunan persediaan secara menyeluruh," ujar partner Again Capital Management John Kilduff di New York.


Kilduff mengungkapkan permintaan bensin sangat kuat, menyerupai pada saat musim panas. Kemudian, ekspor minyak mentah kembali menuju ke level dua juta bph dengan realisasi 1,75 juta bph.


Analis Teknis United-ICAP Brian LaRose mencermati kenaikan pembelian minyak mentah sebagai antisipasi dari dirilisnya data persediaan minyak AS telah terjadi sejak Selasa lalu.


Pasar juga mendapatkan dukungan dari ekspektasi terhadap kebijakan pemangkasan produksi OPEC yang akan terus berjalan.


Karenanya, Arab Saudi tidak akan berusaha mengubah kesepakatan pemangkasan pasokan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), meskipun berakhirnya masa berlaku kesepakatan yang ada sekarang sudah di depan mata.



Selain itu, kenaikan harga minyak juga ditopang oleh berkurangnya persediaan minyak mentah AS selama pekan lalu. Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), stok bensin dan minyak distilasi turun lebih banyak dari ekspektasi akibat kuatnya permintaan.


Stok minyak mentah AS turun sebesar 1,1 juta barel menyusul penurunan impor minyak mentah bersih sebesar 1,3 juta barel per hari (bph).


Harga minyakmelejit hampir 3 persen pada perdagangan Rabu (19/4), waktu Amerika Serikat (AS), menyusul sentimen penurunan persediaan minyak mentah AS, dan pernyataan terkait Arab Saudi yang ingin melihat harga minyak mendekati US$100 per barel.


Dilansir dari Reuters, Kamis (19/4), harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$1,9 atau 2,7 persen menjadi US$73,48 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,95 atau 2,9 persen menjadi US$68,47 per barel, tertinggi sejak akhir 2014.


Berdasarkan tiga sumber dari industri, Arab Saudi selaku eksportir minyak utama dunia bakal merasa senang jika harga minyak naik ke level US$80, atau bahkan US$100 per barel.


Harga Minyak Melonjak 3% Dekati USD75 per Barel | PT Rifan Financindo Berjangka



Pasar juga menemukan dukungan dari harapan bahwa pemotongan produksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan dipertahankan. OPEC dan 10 produsen saingnya telah mengekang produksi 1,8 juta barel per hari sejak Januari 2017 dan berjanji untuk melakukannya hingga akhir tahun ini.

Komite tingkat menteri OPEC yang bertugas memantau kesepakatan pasokan dengan negara-negara non-OPEC, yang dipimpin oleh Rusia, akan bertemu di kota Jeddah pada Jumat (21/4/2018).


"Meskipun harga minyak lebih dari USD70 per barel dan fakta bahwa kelebihan pasokan telah dihapus, penghapusan bertahap dari pemotongan produksi tidak akan menjadi agenda," kata analis minyak Commerzbank, Carsten Fritsch.


"Ini mungkin merupakan salah satu laporan paling bullish dalam beberapa waktu terakhir, dengan penurunan persediaan di semua jenis secara keseluruhan," kata mitra di Again Capital Management John Kilduff di New York.


"Di luar berita utama, permintaan bensin sangat kuat, hampir seperti musim panas, dan ekspor minyak mentah naik kembali menuju dua juta barel per hari di 1,75 juta," Pembelian dalam mengantisipasi laporan dimulai Selasa (17/4/2018) malam, kata Brian LaRose, seorang analis teknis dengan United-ICAP.


Harga-harga didukung oleh penurunan stok minyak AS pekan lalu, dengan bensin dan distilasi turun lebih besar dari yang diperkirakan akibat permintaan yang lebih kuat, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA).


Sementara persediaan minyak mentah AS turun 1,1 juta barel sebagai akibat dari penurunan 1,3 juta barel per hari dalam impor minyak mentah neto.


Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik USD1,90 atau 2,7% menjadi ditutup pada USD73,48 per barel di London ICE Futures Exchange.


Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Mei, naik USD1,95 atau 2,9% menjadi menetap di USD68,47 per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi sejak akhir 2014.


Arab Saudi akan senang untuk minyak mentah naik menjadi USD80 atau bahkan USD100 per barel, tiga sumber industri mengatakan, tanda Riyadh tidak akan mencari perubahan pada kesepakatan pemotongan pasokan OPEC dan produsen minyak utama lainnya.


Minyak berjangka melonjak hampir 3% pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dipicu penurunan persediaan minyak mentah AS dan setelah sumber-sumber mengisyaratkan eksportir utama Arab Saudi ingin melihat harga minyak mentah lebih dekat ke USD100 per barel.



Wall Street Menguat Ditopang Kenaikan Harga Minyak Mentah | PT Rifan Financindo Berjangka


Selain itu, harga minyak menguat karena adanya persepsi di kalangan investor bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat menyebabkan gangguan pasokan, termasuk sanksi AS yang diperbarui terhadap Iran, serta penurunan output di Venezuela yang dilanda krisis.


Bank Belanda ING mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien bahwa Brent telah naik kembali di atas USD70 pada April, karena risiko geopolitik bersama dengan beberapa perkembangan yang secara fundamental bullish di pasar.


Harga minyak mentah memperpanjang kenaikan, terangkat oleh penurunan persediaan minyak mentah AS dan risiko gangguan pasokan. American Petroleum Institute (API) mengatakan, persediaan minyak mentah AS turun 1 juta barel pekan lalu menjadi 428 juta barel,


Minyak mentah Brent berjangka LCOc1 naik 87 sen menjadi USD72,45 per barel pada 1143 GMT, sementara minyak mentah AS WTI berjangka CLc1 naik 95 sen menjadi USD67,47.


Komite OPEC, yang bertugas memantau kesepakatan pasokan pasokan dengan negara-negara non-OPEC, yang dipimpin oleh Rusia, akan bertemu di kota Jeddah, Jeddah, akhir pekan ini.


Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan 10 produsen pesaing telah menahan produksi dengan 1,8 juta barel per hari sejak Januari 2017 dan berjanji akan melakukannya hingga akhir tahun ini.


Pasar saham Amerika Serikat (AS) dibuka lebih tinggi, setelah adanya laporan pendapatan dari Morgan Stanley (MS.N). Di sisi lain, lonjakan harga minyak mengangkat saham energi.


Indeks Dow Jones Industrial Average .DJI naik 34,22 poin atau 0,14% ke 24.820, indeks S&P 500 .SPX dibuka lebih tinggi dengan 3,72 poin atau 0,14% ke 2.710 dan indeks Nasdaq Composite .IXIC naik 11,28 poin atau 0,15% menjadi 7.292,38.







bottom of page