Alasan Kenapa Dividen Antam Lebih Rendah dari PTBA
PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM) membagikan 35 persen dari laba tahun lalu sebagai dividen | PT Rifan Financindo Berjangka
Dirinya menambahkan, kondisi ROE yang rendah sementara ekuitas yang tinggi akan berdampak kurang baik bagi perusahaan. Seharusnya, lanjut dia, dengan menyertakan pinjaman maka kelebihan kas bisa digunakan untuk investasi agar ROE-nya bisa lebih tinggi.
"Itu biasa dilihat berapa debt to EBITDA ratio-nya. Dengan (utang) itu mempertinggi ROE. Modal enggak usah terlalu besar, bisa diisi dengan utang. Kalau terlalu banyak enggak sehat, terlalu kecil juga istilahnya (enggak pas) pemanfaatan balance sheet enggak maksimal," jelas dia.
Menurut dia, debt to EBITDA PTBA sebesar nol persen sehingga menyisakan kas yang melimpah. Dalam setahun Earning, Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) PTBA mencapai Rp9 triliun sedangkan belanja modal (capex) hanya sekitar Rp6 triliun sehingga masih ada cashflow Rp3 triliun.
"Kalau mau efisien itu dari cash Rp2 triliun sampai Rp3 triliun, sisa dari pinjaman. Karena kondisi seperti itu, kami tarik dividen. Nah, kalau Antam ini kebalikan, debt to EBITDA-nya 500 persen lebih. Enggak bisa terlalu banyak ditarik, balance sheet-nya sudah ketat," pungkasnya.
PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM) membagikan 35 persen dari laba tahun lalu sebagai dividen. Padahal PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang juga sama-sama anggota Holding Industri Pertambangan membagikan dividen lebih banyak, yakni mencapai 75 persen dari laba 2017.
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, perbedaan penarikan dividen dua anggota holding tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaannya. PTBA memiliki kas yang lebih besar dibandingkan dengan Antam.
"PTBA cash banyak sekali. Sebagai investor, kami mau kalau perusahaan return on equity (ROE)-nya tinggi. Kalau perusahaan terlalu banyak cash, dan tidak ada pinjaman biasa ROE-nya jadi rendah," kata dia ditemui usai RUPST di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis, 12 April 2018.
Produksi smelter Antam di Kalbar bakal diekspor ke China | PT Rifan Financindo Berjangka
Sebagai informasi, proyek pembangunan smelter tersebut diperkirakan menelan investasi senilai US$670 juta. Pabrik pemurnian ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi 2 juta ton SGA per tahun secara bertahap.
Proyeksi investasi tersebut lebih rendah dari perkiraan awal senilai US$1,5 miliar-US$1,8 miliar. Pembangunan pabrik pemurnian itu dilakukan oleh Inalum, Antam, dan Chinalco.
Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia adalah terbesar ke-8 dunia sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar.
Nantinya, smelter SGAR Mempawah diproyeksi dapat menghasilkan 1 juta ton aluminium oksida atau alumina per tahun. Alumina tersebut merupakan hasil pengolahan dan pemurnian bijih bauksit menjadi bahan baku untuk pembuatan aluminium, sesuai kebutuhan Inalum dan Chinalco.
"Diperkirakan hasil produksi sekitar 50% akan diserap oleh PT Inalum selaku induk usaha Antam, dan 50% diserap oleh Chinalco," ujarnya, seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Hotel Bordobudur, Jakarta (12/4).
Saat ini, bauksit menjadi komoditas utama ketiga terbesar bagi Antam, setelah feronikel dan emas. Hingga kini, seluruh bijih bauksit Indonesia di ekspor ke luar negeri, di antaranya ke Jepang dan China. Sementara, alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium, harus diimpor oleh Inalum dari negara lain seperti Australia, Cina, dan India.
Pembangunan proyek SGAR diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia. Kemudian mengurangi impor alumina, menciptakan lapangan kerja baru, serta berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Sebagai informasi, proyek pembangunan smelter tersebut diperkirakan menelan investasi senilai US$670 juta. Pabrik pemurnian ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi 2 juta ton SGA per tahun secara bertahap.
Tidak hanya untuk pasar ekspor, sebanyak 50% hasil produksi smelter itu juga bakal diserap oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), sebagai induk usaha Antam. Inalum merupakan holding company Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan.
Saat ini, Antam tengah mempercepat pembangunan pabrik SGAR Mempawah agar dapat beroperasi pada 2021. Padahal, Menteri BUMN Rini Soemarno memerkirakan proyek itu baru akan rampung pada 2021.
Pada akhir April ini, emiten berkode saham ANTM tersebut bakal menyelesaikan studi kelayakan bisnis (bankable feasibility studies). Kemudian, pembebasan lahan ditargetkan bakal rampung pada Juni 2018.
Emiten pelat merah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) akan mengekspor 50% hasil produksi smelter grade alumina refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, ke China.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan 50% hasil produksi dari pabrik pemurnian alumina itu bakal diekspor ke China yang akan diserap oleh China Aluminium Company (Chinalco).
Tarik menarik sentimen tahan penguatan harga emas | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara, analis Monex Investindo, Ahmad Yudiawan, berpendapat, sentimen dari perang dagang AS dan China sementara ini tengah memudar. Hal ini lantaran China telah menyatakan akan membuka bersikap lebih terbuka dalam perdagangan dan menurunkan tarif impor sejumlah produknya.
"Perkembangan positif pada isu perang dagang kembali membuka peluang minat investor pada aset berisiko," kata Ahmad, (12/4).
Selanjutnya, Deddy menilai pergerakan harga emas ke depan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan konflik geopolitik di Suriah. Jika sampai terjadi aksi militer AS di Suriah, ketidakpastian akan semakin menyelimuti pasar. Harga emas pun berpotensi kembali reli.
Namun, Ahmad menambahkan, jika harga emas terus merosot melewati US$ 1.345 dalam pekan ini, potensi penurunan lanjutan pun tidak akan terhindari.
Hasil notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang bernada hawkish, dinilai Deddy, menjadi faktor utama penahan laju penguatan harga emas hari ini. Dalam notulensi tersebut tertulis bahwa semua anggota The Fed menyepakati kenaikkan suku bunga The Fed di tahun ini akan dipercepat.
"Notulensi ini direspons positif oleh pelaku pasar sehingga mendorong dollar menguat," ujar Deddy, (12/4).
Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, menjelaskan, harga emas tersulut naik pasca ketegangan geopolitik di Suriah kembali mencuat. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahkan sempat mengecam Rusia melalui cuitannya di Twitter, Sabtu (7/4) lalu, dan menyatakan akan meluncurkan serangan rudal ke Suriah sebagai respons dugaan serangan kimia ke wilayah dekat Damaskus.
Namun, Menteri Pertahanan AS, James Mattis, setelahnya mengatakan bahwa AS masih meninjau kembali kejadian serangan kimia tersebut dan hanya akan menggunakan opsi militer jika dipandang perlu.
Laju penguatan harga emas rupanya masih terus tertahan. Tarik menarik sentimen membuat upaya harga emas menembus level harga di atas US$ 1.360 per ons troi begitu berat.
Mengutip Bloomberg, Kamis (12/4) pukul 18.15 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni 2018 di Commodity Exchange turun 0,79% ke level US$ 1.349,3 per ons troi. Padahal, kemarin harga emas ditutup di level US$ 1.360 per ons troi dan telah mengalami penguatan selama empat hari berturut-turut.