top of page

OJK Pastikan Perbankan Syariah RI Sehat dan Kuat

Kondisi perbankan syariah yang ada di Indonesia saat ini terbilang stabil | PT Rifan Financindo Berjangka

Selain itu, kata Wimboh, di dua bulan awal 2018, jumlah rekening mengalami peningkatan sejumlah 560 ribu rekening yang didukung dengan meningkatnya jumlah kantor beberapa bank umum syariah maupun unit usaha syariah.


"Pertumbuhan ini didukung oleh permodalan syariah yang tergolong baik, CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 18,62 persen. Dan NPF (Non Performing Financing) sebesar 4,31 persen. Masih di bawah treshold lima persen, likuiditas juga masih tergolong tinggi," ujarnya.


Demi menunjang hal itu, kata dia, OJK juga telah memiliki beberapa program strategis untuk perkembangan industri syariah, di antaranya penguatan kelembagaan industri perbankan, kemudian peningkatan kontribusi perbankan syariah seperti sinergi dengan organisasi keagamaan dan kolaborasi fintech syariah, dan terakhir adalah dengan meningkatkan literasi syariah.


"Menyempurnakan strategi marketing keuangan syariah, serta mengembangkan variasi produk atau layanan keuangan syariah yang sesuai dengan masyarakat," jelas Wimboh.



"Baik aset, maupun fungsi intermediasi mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," ujar Wimboh di kompleks DPR RI, Rabu 11 April 2018.


Dia menjelaskan, untuk aset perkembangan syariah tumbuh 20,65 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp429,36 triliun. Pembiayaan tumbuh 14,76 persen yoy menjadi Rp289,99 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 18,10 persen yoy menjadi Rp339,05 triliun.


Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan, kondisi perbankan syariah yang ada di Indonesia saat ini terbilang stabil dan baik, atau perkembangannya terbilang positif.


Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso menjelaskan, hingga Februari 2018, industri perbankan syariah nasional yang terdiri dari 13 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah, dan 167 BPR Syariah menunjukkan perkembangan yang positif.



Bisnis wealth management bank diramal melesat, ini kata OJK | PT Rifan Financindo Berjangka


Jumlah ini terus naik pada 2025 diperkirakan dana kelolaan wealth management di Asia Pasifik bisa mencapai US$ 39,1 triliun atau setara 26,9% dari pangsa pasar global.


Terkait dengan bisnis wealth management di Indonesia, Anto Prabowo, Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bilang, regulator mendukung bank mengembangkan dan berinovasi di produk wealth management.


"Industri perbankan bisa berinovasi dan mengembangkan produk baik sendiri maupun bermitra strategis," kata Anto kepada kontan.co.id, Rabu (11/4).


Dalam hal ini, OJK lebih ke memastikan pengelolaan risiko dan aspek perlindungan konsumen bisa terjaga dengan baik. Sayang OJK belum merinci berapa potensi bisnis wealth management di Indonesia.


Dalam riset PwC ini disebut, pangsa pasar wealth management di wilayah Asia bisa menjadi dua kali lipat lebih di 2025 mendatang. Pada 2016 lalu sebagai gambaran, kawasan ini menyumbang 12% dari total aset under management secara global.


Pangsa pasar dana kelolaan bisnis wealth management ini akan terus tumbuh saban tahun. Pada 2020 diproyeksi di Asia Pasifik saja jumlah dana kelolaan bisnis ini diproyeksi mencapai US$ 18,9 triliun atau setara 16,9% dari pangsa pasar global.


Bisnis wealth management dalam beberapa tahun ke depan diproyeksi akan mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Bisnis bank ini akan menguat seiring banyaknya kelas menengah yang naik kelas.


Dari riset terakhir PT PricewaterhouseCoopers bertajuk asset & wealth management revolution: embracing exponential change, disebut pertumbuhan bisnis pengelolaan nasabah kaya di wilayah Asia Pasifik bisa naik 11,8% secara tahunan atau year on year (yoy) dalam dua tahun kedepan. Angka pertumbuhan bisnis wealth management di kawasan Asia Pasifik ini lebih tinggi dari angka pertumbuhan global yang sebesar 5,5%.



Bos OJK akui industri keuangan syariah sempat bermasalah, kini berangsur membaik | PT Rifan Financindo Berjangka


Sampai dengan akhir Februari 2018, lanjutnya, aset perbankan syariah tercatat tumbuh 20,65 persen secara year on year (YoY) menjadi Rp 429,36 triliun. Pembiayaan tumbuh 14,76 persen YoY menjadi Rp 289,99 triliun. "Sedangkan DPK (Dana Pihak Ketiga) tumbuh 16,10 persen YoY menjadi Rp 339,05 triliun," ujarnya.


Di dua bulan pertama tahun ini, Wimboh mengatakan telah terjadi penambahan rekening menjadi 560.000 rekening dari Desember 2017. Hal tersebut didukung oleh meningkatnya jumlah kantor bank umum syariah, maupun unit usaha syariah.


"Pertumbuhan ini didukung oleh permodalan syariah yang tergolong baik, tercermin rasio CAR umum syariah sebesar 18,62 persen dan non performing financing pada Februari 2018 sebesar 4,31 persen masih terjaga di bawah threshold 5 persen. Likuiditas bank umum syariah masih tergolong tinggi dari threshold."


"Dapat kami sampaikan bahwa kondisi perbankan syariah yang terdiri atas 13 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah dan 167 BPR syariah hingga Februari 2018 menunjukkan perkembangan yang positif, baik aset maupun intermediasi mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya," kata Wimboh di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (11/4).


Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, mengungkapkan kondisi perbankan syariah dalam negeri saat ini membaik. Industri perbankan syariah nasional sebelumnya melewati tahun konsolidasi akibat aset bermasalah.




bottom of page