top of page

Mei, Kurs Rupiah Dikhawatirkan Bergejolak

Agus DW Martowardojo, menyebut nilai tukar rupiah akan bergerak dengan volatilitas tinggi pada Mei | PT Rifan Financindo Berjangka

Kalau terdepresiasi 1,25% itu wajar. Sebelumnya tekanan membuat rupiah sampe 1,6%. Tapi sekarang kembali ke 1,25% sepanjang 2018. BI akan terus di pasar menjaga rupiah," katanya. "Kalau ada tekanan lebih jauh itu terjadi di Mei 2018 menjelang Juni yang diproyeksikan The Fed betul-betul menaikkannya. Mei terjadi volatilitas dan ini bagian yang harus dijalani," imbuh Agus.


Agus Marto mengungkapkan kebijakan bank sentral akan terus netral menghadapi gejolak tersebut. Pasalnya dinamika global sulit terprediksi. "Policy terkait dengan kebijakan bunga adalah netral. Kita mengharapkan ekonomi indonesia tetap baik kalau ada dinamika global," tutup Agus.


"Penyesuaian FFR sampai tiga kali. Maret, Juni, dan Desember. Namun kami melihat kemungkinan ada keempat," kata Agus Marto di Gedung Bank Indonesia di sela acara peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2017, Rabu (28/3/2018).


Sementara pada 2019, Agus Marto memproyeksikan FFR masih akan naik 2 kali lagi. Menurutnya, gejolak nilai tukar akan dirasakan pada periode sebelum Bank Sentral AS menaikkan suku bunganya. Saat ini rupiah telah terdepresiasi di atas 1,25%.


Tekanan terhadap rupiah diperkirakan belum akan mereda. "Kalau ada tekanan lebih jauh itu terjadi di Mei 2018, yang diproyeksikan The Fed betul-betul menaikkan. Mei terjadi volatilitas dan ini bagian yang harus dijalani. Kami juga melihat ada kemungkinan keempat (kenaikan Federal Funds Rate)," ungkap Agus seperti dikutip CNBC Indonesia.


Agus Martowardojo mengungkapkan pada Mei 2018, nilai tukar rupiah bisa bergejolak karena Bank Sentral AS (The Fed) diprediksi menaikkan suku bunga acuannya. BI memproyeksikan kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS (Fed Fund Rate/FFR) bisa terjadi sampai empat kali.


Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus DW Martowardojo, menyebut nilai tukar rupiah akan bergerak dengan volatilitas tinggi pada Mei karena Bank Sentral AS (The Federal Reserve--The Fed) mungkin menaikkan suku bunga acuan pada Juni.


Hari ini, Rabu (28/3/2018), rupiah bergerak sedikit volatil cenderung melemah dan pada pukul 15:30 WIB berada di posisi Rp 13.762/US$. Melemah 0,15% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.

Jadi Gubernur BI, Perry Diharap Tiru Transparansi ala The Fed | PT Rifan Financindo Berjangka


Mantan Menteri Keuangan era Presiden Abdurahman Wahid Rizal Ramli sebelumnya berharap Perry bisa mendorong BI lebih akurat dan jujur dalam menyajikan data ekonomi. Data ekonomi yang valid, menurut dia, dibutuhkan untuk membuat kebijakan yang tepat.


"Saya minta pimpinan BI yang aka datang, berikanlah angka-angka yang benar, itu menolong," ujarnya.

Rizal memberi contoh, data terkait utang negara, baik yang berasal dari utang pemerintah, maupun bank sentral serta utang swasta. BI, menurut dia, harus mampu memberikan data secara jujur ke publik, termasuk soal risiko dari penggunaan utangnya.


Selain soal data, Rizal melihat, sosok pimpinan bank sentral ke depan harus bisa memitigasi pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, tanpa hanya menyalahkan faktor global.


David menilai kebijakan Perry yang bakal menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi cukup tepat dengan kondisi ekonomi saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang tengah lesu, diakui David, menjadi salah satu tantangan berat bagi Perry.


Selain kemampuan untuk mengambil kebijakan yang tepat dan berani, menurut David, Perry juga harus mampu membawa lembaga yang dipimpinnya lebih baik lagi dalam berkomunikasi dengan pasar.


"Paling penting itu kemampuan komunikasi dari sisi kebijakan, sosialisasi dibutuhkan. Saat terjadi gejolak, perlu komunikasi yang lebih intensif," terang dia.


Perry Warjiyo terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) secara aklamasi oleh Komisi XI DPR RI, setelah melalui uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test).


Terpilih sebagai Gubernur BI, Perry dinilai memiliki pengalaman dan ilmu yang mempuni untuk memimpin BI. Ia diharapkan bisa membawa BI lebih transparan dalam setiap pengambilan kebijakan.


"Soal kebijakan, mereka itu kan board (dewan Gubernur) bukan satu orang. Ke depan, harus disiapkan pola pengambilan kebijakan BI yang lebih transparan,

seperti Fed dan bank sentral negara lain," ujar Ekonomi BCA David Sumual saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (28/3).




Ini Tiga Momentum yang Bikin Ekonomi Indonesia Ngegas di 2018 | PT Rifan Financindo Berjangka

"Stabilitas makroekonomi juga tercermin pada pergerakan nilai tukar rupiah yang sejalan dengan nilai fundamentalnya. Sementara itu, kinerja perbankan dan pasar keuangan secara umum juga membaik," tuturnya.


Momentum ketiga, tambah Agus, membaiknya keyakinan pelaku ekonomi terhadap perekonomian nasional di 2017 kemarin. Pada periode tersebut, Indonesia menerima berbagai pengakuan positif dari dunia internasional dengan menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade.


"Keyakinan yang semakin membaik ini menjadi pondasi dalam mendorong berlanjutnya pemulihan ekonomi di tengah berbagai momentum positif tersebut," tandasnya.


Momentum kedua, sambungnya, berkaitan dengan stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan yang dalam beberapa tahun terakhir terus terjaga. Dia menilai, stabilitas yang terus terjaga ini tidak terlepas dari kehati-hatian dan konsistensi kebijakan makro ekonomi yang ditempuh BI dan pemerintah, sehingga menjadi basis bagi berlanjutnya pemulihan ekonomi.


Stabilitas makroekonomi yang semakin kuat pada tahun 2018 tercermin pada inflasi yang berada dalam rentang sasaran perkembangan, ini tentu menggembirakan. Inflasi sempat mencapai 8% pada periode 2013 dan 2014, defisit transaksi berjalan berhasil dijaga pada level yang sehat di bawah 3% terhadap PDB pada periode 2013-2014.


Menurutnya, perbaikan ini berimbas pada kenaikan permintaan sehingga mendorong perdagangan global meningkat. Ini menjadi momentum untuk mengakselarasi perekonomian domestik melalui peningkatan ekspor.


"Jadi, membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia turut menjadi pendorong berlanjutnya aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia pada 2018. Nilai investasi asing di Indonesia meningkat signifikan yang disertai penurunan kualitas di pasar keuangan," imbuh dia.


Begitu pula dengan mitra dagang terbesar Indonesia dari negara berkembang yaitu China, yang terhindar dari perlambatan ekonomi secara drastis karena strategi dimensi yang berlangsung dari perbaikan ekonomi global," katanya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (28/3/2018).


Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, mengemukakan terdapat tiga momentum yang bisa memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Pertama, membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia yang mendorong berlanjutnya aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.


Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia dari negara maju pada 2017 lalu mulai mengalami perbaikan. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepang lebih baik dari perkiraan awal.






bottom of page