Kenaikan BBM Nonsubsidi Ganggu Daya Beli Masyarakat
Harga BBM baik subsidi dan nonsubsidi naik, sangat rentan memengaruhi kenaikan harga | PT Rifan Financindo Berjangka
Harga daging sekarang sudah naik. Harga bawang putih naik. Pemerintah harus berfikir, ketika ini berpengaruh pada hajat hidup orang banyak. Ini dampaknya akan berpengaruh pada komoditas lainnya. Tapi kalau ICP nya enggak berhenti, naik terus. Kenaikan ini kan akan terus naik. Dan masyarakat kecil kasian sekali," ujar Herman.
Dikutip dari laman resmi Pertamina, harga jual Pertalite per 24 Maret 2018, di DKI Jakarta menjadi sebesar Rp 7.800 per liter. Sementara di provinsi lainnya berkisar Rp 7.800 sampai Rp 8.150 per liter. Seperti di Provinsi Riau, pertalite dibanderol menjadi Rp 8.150 per liter. Sedangkan harga pertalite di provinsi Maluku dan Papua masing-masing menjadi Rp 8.000 per liter.
Herman menjelaskan Komisi VII sudah sedari awal setuju dan memberi masukan kepada pemerintah untuk tidak ada kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM ini juga berlaku baik BBM subsidi dalam hal ini jenis premium dan solar dan juga BBM nonsubsidi jenis pertalite, pertamax dan pertamax turbo. "Kami komisi VII sudah sejak awal meminta untuk tidak ada kenaikan BBM. Bahkan sangat menyetujui tidak ada kenaikan BBM," ujar Herman.
Herman menilai kenaikan harga BBM baik subsidi maupun nonsubsidi sangat rentan dalam memengaruhi kenaikan harga komoditas lainnya. Ia mengatakan mestinya pemerintah memperhitungkan dampak ini.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Herman Khaeron menilai kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi menggangu daya beli masyarakat. Meski kenaikan sebesar Rp 200 per liter untuk pertalite namun, dengan kondisi kelangkaan premium di beberapa tempat membuat masyarakat mau tidak mau harus membeli pertalite.
Herman mengatakan melihat dengan daya beli masyarakat saat ini yang belum membaik, keputusan pemerintah memperbolehkan Pertamina menaikan harga BBM nonsubsidi membuat masyarakat semakin kesulitan dalam mengakses BBM.
"Bagi Komisi VII daya beli masyarakat sedang tidak baik. Mestinya ada kebijakan pemerintah yang bisa menekan laju kenaikan ini dengan mekanisme subsidi APBN," ujar Herman saat dihubungi Republika.co.id, Senin (26/3).
Mulai Sabtu Pertalite Naik Rp 200, Ini Penjelasan PT Pertamina | PT Rifan Financindo Berjangka
Karena harga crudenya naik, tetapi harganya masih dibawah pesaing yang ada," bebernya.
Untuk diketahui, Pertamina sendiri memang selalu memantau perkembangan harga minyak dunia.
Jika selisih harga keekonomian terlalu tinggi dengan yang dijual masyarakat, perusahaan itu akan mengambil kebijakan.
Iya benar, naiknya sudah dari kemarin hari Sabtu pukul 00.00 sebesar Rp 200," kata Adiatma di Jakarta, Minggu ( 25/3/2018).
Untuk itu, dengan adanya kenaikan tersebut, harga Pertalite di DKI Jakarta menjadi Rp 7.800 per liter.
Sementara di Provinsi Riau menjadi Rp 8.150 per liter, dan Provinsi Papua menjadi Rp 8.000 per liter.
Adiatma menilai, kenaikan ini dipicu lantaran karena adanya lonjakan harga minyak dunia.
PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite sebesar Rp 200 per liter di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seluruh Indonesia.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito mengatakan kenaikan tersebut sudah berlaku sejak Sabtu (24/3)
Kelangkaan Premium disebut karena pemerintah membatasi penjualan | PT Rifan Financindo Berjangka
Pada saat yang lain naik, pasti Premium langka, karena orang pindah ke Premium. Sedangkan jumlah Premium dibatasi. Pertalite naik karena bukan subsidi, itu kan tempat pelarian dari Pertamax ke Premium, ada antara, tapi tidak dikendalikan," imbuhnya.
Dengan kelangkaan Premium ini, maka pemerintah harus segera mengambil langkah agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Sebab selama ini, masyarakat sudah diarahkan untuk beralih ke Pertalite namun harganya malah dinaikkan.
"Jadi dengan kelangkaan ini pemerintah harus hadir. Kalau memang dinyatakan langka maka pemerintah menugaskan untuk tambah lagi Premium," tandasnya.
"Soal kelangkaan Premium. Pemerintah sekarang memberikan jumlah Premium yang harus disiapkan Pertamina. Kalau lebih dari itu ditangkap," ujar dia dalam diskusi bertema Mencermati Manfaat Pembentukan Holding BUMN Migas di Jakarta, Senin (26/3/2018).
Menurutnya, kelangkaan Premium ini salah satunya imbas dari kenaikan harga Pertalite sebesar Rp 200 per liter. Sebab, saat harga BBM nonsubsidi naik, maka masyarakat akan kembali beralih ke Premium yang disubsidi pemerintah. Sedangkan penjualan BBM RON 88 tersebut terbatas.
Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengatakan, kelangkaan Premium yang terjadi di beberapa wilayah saat ini karena Pertamina dibatasi dalam menjual BBM bersubsidi.