Cara aman agar data tak bocor saat main Facebook
Kabar tentang bocornya data pengguna Facebook semakin meluas | PT Rifan Financindo Berjangka
"Mark, Sheryl dan tim, mereka bekerja sepanjang waktu untuk mengumpulkan fakta dan mengambil langkah yang tepat ke depannya, karena mereka menganggap masalah ini serius," kata pihak Facebook dalam pernyataannya, seperti dikutip dari The Verge, Rabu (21/3).
Pemilik WhatsApp dan Instagram itu juga menegaskan komitmennya untuk melindungi data semua orang.
"Kami sangat marah karena telah ditipu. Kami berkomitmen menegakkan semua kebijakan kami melindungi informasi semua orang dan akan mengambil langkah apa pun yang dibutuhkan," jelas Facebook.
Akibat heboh persoalan itu, Kogan mengatakan seperti dijadikan kambing hitam atas ramai kasus tersebut. Pernyataannya itu terlontar kala ia diwawancarai oleh BBC Radio.
Facebook akhirnya menanggapi apa yang sedang dilakukan dua pimpinannya, Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg, setelah beberapa hari lalu muncul laporan penyalahgunaan data para pengguna oleh perusahaan Cambridge Analytica.
Keduanya sedang fokus mengatasi masalah yang melibatkan data puluhan juta pengguna Facebook.
Untuk mengumpulkan data itu, tentu saja tak mudah. Namun, semua itu menjadi mungkin berkat aplikasi kepribadian yang dikembangkan oleh Aleksandr Kogan. Kogan merupakan seorang peneliti dari Universitas Cambridge.
Dilaporkan TheGuardian dan CNN, Rabu (21/3), Kogan mengakui bahwa puluhan juta data yang dikumpulkannya menggunakan aplikasi kepribadian yang dikembangkannya. Dia kemudian menyerahkan data tersebut ke Cambridge Analytica yang meyakinkannya bahwa data yang telah dikumpulkan itu bersifat legal.
Selain itu, demi keamanan sebaiknya pengguna Facebook tidak mengunggah foto bukti transferan maupun foto tiket perjalanan seperti tiket kereta api maupun pesawat dan paspor ke akun Facebook.
Seperti diketahui, Facebook kembali diterpa tuduhan serius. Kali ini, Facebook diduga mencuri data privasi pengguna demi kepentingan pihak ketiga. Pencurian data tersebut dilakukan melalui kuis-kuis yang seringkali muncul di aplikasi Facebook, seperti cara mengetahui kepribadian seseorang, rezeki, sampai kapan jodoh datang.
Damar menjelaskan sebaiknya pengguna Facebook tidak mencantumkan beberapa data penting seperti data kependudukan atau KTP dan KK ke Facebook.
"Lalu data perbankan (ATM, PIN), alamat rumah atau kantor (bila dirasa perlu), maupun situasi di dalam rumah," kata Damar.
"Script yang disisipkan ke dalam aplikasi atau website, tekniknya namanya phising," tambah Damar.
Namun untuk mengantisipasi pencurian data, ada baiknya melakukan pencegahan untuk tidak mengunggah beberapa data yang sensitif.
Kebocoran data diduga bisa terjadi saat mengikuti kuis yang ditautkan ke akun Facebook. Menurut Regional Coordinator Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), Damar Juniarto, kuis di Facebook yang memakai sistem login sejauh ini belum bisa dipastikan sumber kebocoran.
"Artinya masih asumsi ada kebocoran data dari main kuis. Kecuali misalnya bisa dibuktikan bahwa halaman itu sebenarnya halaman yang disisipi kode untuk menyadap apapun yang ditulis orang saat mengisi login facebooknya," kata Damar pada merdeka.com, Kamis (22/3).
Kabar tentang bocornya data pengguna Facebook semakin meluas. Informasi ini berawal saat Cambridge Analytica diduga menyalahgunakan data-data dari 50 juta pengguna Facebook untuk kepentingan politik saat pemilu Amerika Serikat 2016.
Mark Zuckerberg Kehilangan Rp 825 Triliun Gara-gara Saham Facebook Turun, Ternyata | PT Rifan Financindo Berjangka
Turun 6,8% ini sama nilainya dengan kehilangan US$ 60 miliar atau lebih dari Rp 825 triliun. Bahkan gara-gara ini, Mark Zuckerberg yang semula jadi nomor 4 orang terkaya di dunia, kini turun ke posisi 6.
Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat juga menyelidiki apakah Facebook melanggar peraturan keputusan persetujuan 2011 tentang keamanan data pengguna.
Menurut sebuah sumber, data pribadi pengguna Facebook diserahkan kepada Cambridge Analytica tanpa sepengetahuan user. Gara-gara kasus ini, pihak Kongres Amerika Serikat ingin mendengarkan testimoni secara langsung dari CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Sementara itu, kasus ini ternyata berdampak buruk untuk saham Facebook. Dua hari setelah kasus bocornya data pengguna diketahui publik, saham Facebook langsung anjlok. Selasa (20/3), saham perusahaan tersebut turun hingga 6,8% terburuk dalam empat tahun ini.
Sayangnya, Facebook Inc. baru saja tersandung masalah. Dilansir dari Bloomberg, Facebook mendapat pemeriksaan dari badan pengawas privasi Amerika Serikat. Badan pengawas menduga sebuah perusahaan pengolah data mendapatkan 50 puluh juta data pribadi pengguna Facebook, yang disinyalir membantu terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.
telah menjadi salah satu platform media sosial populer yang digunakan masyarakat dunia. Mulai dari orang biasa, selebriti hingga pejabat dunia menggunakan Facebook untuk berinteraksi di media sosial.
Pastinya sudah tahu dong kalau Facebook atau yang biasa disebut FB ini didirikan oleh Mark Zuckerberg. Gara-gara Facebook begitu mendunia, termasuk Indonesia, Mark punya pendapatan triliunan yang membuatnya jadi salah satu orang terkaya di dunia di usia yang relatif muda.
Zuckerberg Akhirnya Angkat Bicara soal Kebocoran Data Facebook | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara tekanan ini berlanjut, investor saham khawatir, Facebook akan dijatuhi regulasi lebih berat. Sahamnya pada Senin kemarin terperosok sampai 6,8 persen, dan memangkas kekayaan Zuckerberg menjadi 70,4 miliar dolar AS.
Ini adalah pelanggaran kepercayaan, antara Kogan, Cambridge Analytica, dan Facebook. Namun ini juga melukai kepercayaan antara Facebook dan masyarakat yang telah membagikan data mereka dengan kami. Kami harus memperbaiki ini," tulis Zuckerberg. Facebook kini tengah menghadapi tekanan serta pertanyaan besar dari berbagai pihak.
Bahkan beberapa waktu lalu muncul kabar bahwa parlemen Inggris akan memeriksa Mark Zuckerberg terkait skandal ini. Bukan hanya itu, pendiri Facebook ini pun tengah dilanda kerugian material dalam jumlah yang besar. Setidaknya harta Zuckerberg turun 4,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 67,5 triliun dalam sehari.
Seperti yang dikatakan Mark Zuckerberg, kita tahu bahwa ini adalah pelanggaran besar terhadap kepercayaan masyarakat dan saya sangat menyesal apa yang kami lakukan tidak cukup mampu untuk mengatasinya," tulisnya. Karena kasus ini, Facebook kini tengah menjadi sorotan publik dan badan hukum.
Bahkan Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat telah memberi permintaan khusus pada Facebook untuk memberi penjelasan terkait kebocoran serta kemuungkinan penggunaan data oleh Cambridge Analytica.
Langkah tersebut salah satunya adalah dengan memberi perhatian lebih serta membatasi akses aplikasi pihak ketiga pada profil pengguna seperti foto maupun alamat e-mail. "Kabar baiknya, kami telah mengambil tindakan penting untuk mencegah hal ini terulang dan itu sudah kami lakukan beberapa tahun lalu.
Namun kami membuat kesalahan, dan masih banyak yang harus dilakukan," lanjutnya. Senada dengan Mark Zuckerberg, Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg juga mengakui adanya kesalahan dari perusahaan dalam melindungi data pengguna.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun Facebook resminya, Zuckerberg meminta maaf pada pengguna dan menjanjikan sistem yang lebih aman untuk melindungi privasi data. "Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa, maka kami tidak pantas untuk melayani Anda.
Saya telah mencoba memahami dengan tepat apa yang terjadi dan memastikan bagaimana kejadian ini tidak akan terulang lagi," tulis Mark Zuckerberg sebagaimana dikutip KompasTekno dari NBCNews, Kamis (22/3/2018). Selain itu dalam pernyataannya, Zuckerberg menyatakan telah mengambil langkah antisipatif agar kasus ini tidak kembali terjadi di kemudian hari.
Perusahaan media sosial terbesar di dunia Facebook tengah didera krisis. Sebanyak 50 juta data penggunanya bocor dan digunakan oleh Cambridge Analytica, konsultan politik Donald Trump, untuk kepentingan kampanye pilpres Amerika Serikat. Sang pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg tak langsung merespons skandal tersebut. Ia memilih diam. Setelah didesak banyak pihak, Zuckerberg akhirnya angkat bicara.