top of page

WNI di Sarawak sambut positif berdirinya Community Learning Center

Rusdi Kirana meresmikan Community Learning Center atau pusat belajar | PT Rifan Financindo Berjangka


Saya lahir di sini (kebun) dulu zaman saya kecil mana ada sekolah. Jadi kami biasa bermain di rumah panjang ketika orangtua bekerja. Kalau ada sekolah di kebun sekarang rasanya lebih nyaman karena mereka ada kegiatan bermanfaat," ujar Ros kepada merdeka.com.


Community Learning Center yang ada di Perkebunan Taniku beroperasi 18 desember 2017. Tenaga pengajar telah dilantik berasal dari pekerja di perkebunan. Sudah ada 33 murid yang terdaftar, di mana 21 orang murid prasekolah dan 12 murid sekolah rendah.


"Walau tinggal di tengah perkebunan saya ingin anak-anak tidak kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan," ujarnya saat ditemui di Perkebunan Taniku, Miri, Malaysia, Jumat (16/3).


Rusdi mengatakan, selama ini akses pendidikan masih sulit dijangkau anak-anak para pekerja perkebunan. Hal ini dikarenakan lokasi yang jauh dari pusat kota dan sejumlah regulasi yang masih memberatkan.


Warga Negara Indonesia pekerja perkebunan menyambut positif adanya pembukaan Community Learning Center ini. Mereka berharap pendidikan layak dapat dirasakan bagi anak-anak mereka kelak.


Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana meresmikan Community Learning Center atau pusat belajar. Ini dikhususkan bagi anak-anak pekerja di perkebunan kelapa sawit di Sarawak, Malaysia.

Mimpi Rusdi Kirana agar Warga RI Tak Lagi Jadi TKI Ilegal di Malaysia | PT Rifan Financindo Berjangka

Anak-anak Indonesia yang sekolah di Malaysia dari SD dan SMP akan kita bawa ke Entikong. Karena mereka tidak boleh sekolah SMA di Malaysia. Nah nanti bisa dilatih kejuruan di Entikong atau perbatasan Indonesia dan Malaysia lain," paparnya.


Dari catatanya, Community Learning Center (CLC) untuk SD dan SMP di Sabah ada 227 CLC dengan jumlah murid 1.000 orang, di Sarawak targetnya 50 CLC pada Juni ini. Namun setelah lulus SMP, akan masuk ke sekolah vokasional.


"Yang sudah siap lulusan SMP di Kinabalu, Sabah. Vokasional itu kita akan bangun di Mei ini, jadi SMP plus, dia belajar mekanik, kuliner, sehingga saat lulus bisa bekerja. Setahun bisa punya keahlian," terangnya.


Dia mengaku akan mengusulkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau kawasan industri di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia.


"Saya mau usul ke Presiden perbatasan Indonesia dan Malaysia, misalnya Entikong kan ada tanah luas, nah dibangun KEK. Orang Malaysia bisa membangun industrinya di sana," kata Rusdi.


Lebih jauh diungkapkannya, pada umumnya kebun-kebun sawit yang ada di Sarawak, Sabah di Malaysia sangat kekurangan tenaga kerja. Satu kebun luasnya mencapai 35 ribu hektare (ha). Namun sayang, jarak dari kebun ke tempat WNI tinggal kurang lebih sekitar 35 kilometer (km).


"Jadi kenapa tidak bangun KEK atau kawasan industri di sana (perbatasan Indonesia dan Malaysia). Tenaga kerja Indonesia bisa bekerja di sana dan tenaga kerjanya tidak perlu jadi ilegal ke Malaysia," Rusdi menjelaskan.


Dia juga bilang, akan membangun sekolah vokasional bagi anak-anak WNI yang sebelumnya mengecap pendidikan di Malaysia.


Sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia sekaligus Pendiri Lion Air, mimpi terbesar Rusdi Kirana adalah menyejahterakan masyarakat Indonesia. Hidup berkecukupan di negara sendiri, tanpa harus mengais rezeki di negeri orang, apalagi menyandang status ilegal.


"Ini masalah kemanusian," ucap Rusdi saat berbincang dengan wartawan di Hotel Pullman Miri, Sarawak, seperti ditulis Jumat (16/3/2018).


Daripada Ribut soal Klaim Batik, RI-Malaysia Lebih Baik Kerja Sama | PT Rifan Financindo Berjangka


Rusdi mengatakan, saat ini jumlah turis yang berkunjung ke Malaysia sudah mencapai sekitar 20 juta orang. Sementara yang melancong ke Indonesia baru separuhnya, sekitar 10 juta kunjungan turis.


"Kita mau sama-sama join promosi gelaran tari dan budaya antar dua negara ini. Jadi tidak perlu meributkan lagi atau klaim mengenai budaya siapa, batas siapa, batik siapa. Tapi kita sebagai negara serumpun mau sama-sama menarik wisatawan dari negara ketiga," terangnya saat berbincang dengan wartawan di Miri, Sarawak, seperti ditulis Jumat (16/3/2018).


Menurut Rusdi, Indonesia jangan hanya menganggap Malaysia sebagai pasar potensial, begitupun sebaliknya kepada Negeri Jiran. Namun, kedua negara harus berkolaborasi menggarap pasar ketiga, di antaranya China.



"Indonesia tidak hanya menganggap Malaysia sebagai pasar, dan sebaliknya, tapi dua negara ini berkolaborasi menuju pasar ketiga baik turis maupun perdagangannya. Contohnya China yang sedang berkembang turisnya (kunjungan warga negaranya untuk wisata)," jelas Orang Terkaya versi Forbes untuk periode 2017 itu.


Pendiri Lion Air sekaligus Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi Kirana menyarankan agar Indonesia dan Malaysia dapat meningkatkan kerja sama di sektor pariwisata maupun perdagangan. Tujuan utamanya menggarap pasar ketiga, yakni China, dalam menarik wisatawan mancanegara (wisman).


Pernyataan ini disampaikan Rusdi saat menghadiri pembukaan rute internasional baru dari Bandara Internasional Supadio Pontianak, Kalimantan Barat menuju Bandara Internasional Miri, Sarawak, Malaysia. Seremoni acara berlangsung di Bandara Miri, pada 15 Maret 2018.




bottom of page