Pertumbuhan Kredit Tak Capai Target, Jokowi Sindir Bos-bos Perbankan
Presiden Joko Widodo menyindir bos-bos perbankan di Indonesia | PT Rifan Financindo Berjangka
Kepala Negara pun kembali mendorong perbankan meningkatkan realisasi kreditnya pada 2018 ini. "Sudah waktunya, menurut saya, perbankan mendorong mempercepat realisasi kredit agar realisasi bisnis 2018 dengan target 12 persen itu benar-benar bisa tercapai," kata Jokowi.
Jokowi mengerti bahwa perbankan memiliki prinsip kerja yang prudent dan hati-hati. Namun, bukan berarti bank tak boleh mengambil risiko. Menurut Jokowi, sah-sah saja bank mengambil risiko selama hal itu sudah dipertimbangkan dengan matang.
Hadir dalam pertemuan itu direktur utama dan komisaris bank BUMN, bank swasta, bank daerah, hingga bank asing yang membuka cabang di Indonesia. Jokowi menilai, pertumbuhan kredit yang minim ini terjadi karena perbankan di Indonesia tidak berani mengambil risiko.
Presiden Joko Widodo menyindir bos-bos perbankan di Indonesia karena pertumbuhan kredit masih jauh dari target awal yang sudah ditetapkan. Jokowi mengatakan, pertumbuhan kredit pada 2017 hanya 8,24 persen. Angka tersebut masih jauh dari target yang sudah disepakati bersama antara pemerintah dan perbankan. "Saya ingat waktu kita berkumpul di sini, saat itu target yang kita berikan 9-12 persen. Kalau saya beri 9-12 persen, yang saya ambil 12 persen," kata Jokowi dalam pertemuan dengan para pimpinan bank umum di Indonesia di Istana Negara Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Jokowi Minta Perbankan Garap Kredit Pendidikan seperti di AS | PT Rifan Financindo Berjangka
Menurut Jokowi, jika Indonesia memiliki produk kredit pendidikan, maka hal ini dapat mendorong perilaku kredit konsumtif berpindah ke hal-hal yang bersifat produktif. "Dan memberikan nilai tambah kepada intelektualitas, visi kita ke depan yang sangat basic yaitu bidang pendidikan," ujar dia. Jokowi berharap kredit pendidikan ini nantinya menjadi produk finansial baru bagi asuransi dan perbankan.
Ia meminta kepada para pelaku perbankan menangkap peluang inovasi yang ada. "Tolong potensi-potensi inovasi seperti itu harus menjadi perhatian serius kita. Karena kalau tidak ambil nantinya, kalau tidak berinovasi, orang lain yang akan ambil. Itu pasti," kata Jokowi.
Jokowi mengaku heran perbankan Indonesia tak memiliki produk kredit pendidikan. Padahal, kata dia, nilai nominal outstanding atau realisasi pembiayaan kredit pendidikan di Amerika Serikat telah melampaui total outstanding pinjaman kartu kredit. Jokowi menyebutkan, total pinjaman kartu kredit di AS mencapai 800 miliar dollar AS. Sedangkan total pinjaman kredit pendidikannya mencapai 1,3 triliun dollar AS.
Presiden Joko Widodo meminta perbankan untuk mengeluarkan produk finansial baru berupa kredit pendidikan atau student loan. Dengan begitu, kredit yang diberikan ke masyarakat tidak melulu untuk hal yang konsumtif seperti membeli kendaraan atau properti.
"Saya ingin memebri PR (pekerjaan rumah) kepada bapak ibu sekalian. Dengan yang namanya student loan atau kredit pendidikan," kata Jokowi saat pertemuan dengan pimpinan bank umum di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
Jokowi Ingatkan Perbankan: Tidak Ambil Risiko, Mati Pelan-pelan | PT Rifan Financindo Berjangka
Pertumbuhan kredit di 2017 tercatat sebesar 8,24 persen. Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, angka tersebut rendah dari rencana bisnis tahun lalu. "Kita paham beberapa bank masih dalam proses konsolidasi kredit macetnya. Sehingga kredit macet ini harus dihapus supaya catatan kredit macetnya rendah karena akan menjadi indikator ekonomi Indonesia," kata Wimboh.
Menurut Wimboh, angka pertumbuhan kredit di Indonesia lebih banyak didorong oleh bank BUMN. Pertumbuhan kredit bank BUMN pada 2017 tercatat sebesar 11,55 persen. Adapun kantor cabang bank asing tumbuh relatif rendah 2,7 persen karena lebih banyak mulai melakukan clearing non performing loan atau penghapusan kredit macet.
Sedangkan pertumbuhan kredit Bank Pembangunan Daerah, kata Wimboh, tumbuh 9,09 persen. "BPD ini lebih tinggi dari pertumbuhan rata-ratanya yang tahun lalu. Namun BPD potensi besar untuk tumbuh. Bank umum swasta tumbuh hanya 5,8 persen," kata dia.
Berdasarkan rencana bisnis pada 2018, pertumbuhan kredit Indonesia ditargetkan tumbuh sekitar 12 persen. Ia berharap, angka tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen.
Jokowi pun mengingatkan kepada pimpinan perbankan agar jangan menghindar dari risiko. Menurut dia, tidak ada yang namanya bermain aman.
Jokowi mengungkapkan, di dunia yang begitu dinamis dengan era keterbukaan, globalisasi, dan teknologi berkembang cepat, tidak ada yang namanya aman karena selalu ada perubahan dan ketidakpastian yang dialami baik dalam dunia bisnis, keuangan, perbankan, juga politik. "Main aman itu sebuah ilusi," kata Jokowi menegaskan.
Jokowi menambahkan, "Sekali lagi di era teknologi berkembang cepat, tidak ada yang namanya aman. Yang ada itu malas atau kurang cerdas. Ragu-ragu. Orang sering berpikir dengan mempertahankan status quo dia aman-aman saja. Sekali lagi itu ilusi. Enggak ada seperti itu."
"Sementara kalau kita ambil risiko, pasti ada chance. Masih ada kemungkinan. Dan biasanya kemungkinan-kemungkinan itu kalau kalkulasi dan perhitungan kita baik, ya kemungkinan cukup baik untuk selamat," katanya.
"Karena yang namanya mengambil sebuah keputusan itu artinya mengambil sebuah risiko. Pasti di mana pun, di bisnis di politik sama saja."
Jokowi mengatakan hal yang paling besar dan gawat adalah kalau tidak berani mengambil risiko. Ia memaklumi bahwa perbankan memang harus berhati-hati. Tetapi Jokowi memastikan bisnis perbankan juga akan mati atau mati pelan-pelan jika tak berani mengambil risiko.
Presiden Joko Widodo meminta agar para pelaku perbankan berani mengambil risiko dan keputusan di era teknologi yang berkembang pesat. Hal ini Jokowi sampaikan terkait angka pertumbuhan kredit sebesar 8,24 persen di 2017.
"Saat itu target yang kita berikan 9 sampai 12 persen. Kalau saya diberi angka 9-12 yang saya ambil pasti 12 persennya. Kembali lagi, risiko paling besar apabila kita tidak berani mengambil risiko," kata Jokowi dalam pertemuan dengan pimpinan perbankan di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 14 Maret 2018.