Bisnis fintech, Tiphone patok jumlah transaksi naik empat kali lipat tahun ini
TUN telah menggaet sekitar 25.000 mitra bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjalankan Teleshop | PT Rifan Financindo Berjangka
Sebagai korporasi ritel yang besar, grup Tiphone ini tidak ingin ketinggalan dari start up fintech yang sudah-sudah. "Kekuatan kami ialah kami bisa coverage reseller kami yang sudah eksis. Dimana kami punya network yang besar," ujar Slamet.
Soal target bisnis, Slamet mengaku tidak ingin muluk-muluk. Sebab, katanya, untuk mengawali bisnis fintech pertimbangan ingin meraih pendapatan besar belum menjadi fokus utama. "Sekarang yang penting channeling dulu," sebutnya.
Perseroan cukup tergiur pertumbuhan e-commerce, dimana penetrasi industrinya hanya 11% namun pasarnya mampu naik hingga 22% di tahun 2017. Sedangkan nilai pasarnya sudah menembus US$ 7 miliar di tahun lalu.
UMKM yang menggunakan platform Teleshop akan dibekali alat (device) khusus oleh TUN. "Sengaja tidak langsung di-download di apps store, karena kami ingin lebih kompetitif dimana pada prinsipnya sales kami hadir langsung ke lapangan dan memprospek target market," ungkap Slamet.
Alat berupa Electronic Data Capture (EDC) tersebut sejatinya memiliki sistem operasi android. Slamet mengatakan, alat tersebut dipasok langsung dari China dengan kisaran harga US$ 300 per unitnya.
Sehingga jika tahun ini TUN menargetkan penambahan mitra Teleshop sebanyak 100.000, maka jumlah dana yang diperlukan untuk memasok EDC tersebut sekitar US$ 30 juta.
Saat ini sebagian besar transaksi masih berupa pulsa, dimana TUN juga merangkap sebagai authorized dealer penjualan voucher Telkomsel. Berbekal jaringan teleshop disejumlah UMKM tersebut, Slamet mengklaim platform tersebut setiap harinya bisa melayani 500.000 transaksi.
"Di tahun ini kami bakal tambah mitra UMKM sebanyak 100.000 lagi. Pastinya transaksi bakal bertambah, kira-kira hampir empat kali lipat," beber Slamet.
Dapat diperkirakan total transaksi yang didapati Teleshop setelah penambahan mitra tersebut mencapai 2 juta-2,5 juta transaksi dalam sehari.
PT Tele Utama Nusantara (TUN), anak usaha dari PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) telah memasuki tahun kedua berbisnis financial technology (fintech) dengan menjalankan aplikasi Teleshop. Sebelumnya perusahaan dikenal sebagai reseller voucher data dan sim card provider.
Sejak 2017, TUN telah menggaet sekitar 25.000 mitra bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjalankan Teleshop. "Kami punya sekitar 380 biller yang sudah bisa ditransaksikan, top five yakni pulsa, token PLN, BPJS dan PDAM dan leasing," ujar Slamet Riyadi, Direktur TUN kepada Kontan.co.id, Senin (12/3).
Bisnis fintech, Tiphone patok jumlah transaksi naik empat kali lipat tahun ini | PT Rifan Financindo Berjangka
Sebagai korporasi ritel yang besar, grup Tiphone ini tidak ingin ketinggalan dari start up fintech yang sudah-sudah. "Kekuatan kami ialah kami bisa coverage reseller kami yang sudah eksis. Dimana kami punya network yang besar," ujar Slamet.
Soal target bisnis, Slamet mengaku tidak ingin muluk-muluk. Sebab, katanya, untuk mengawali bisnis fintech pertimbangan ingin meraih pendapatan besar belum menjadi fokus utama. "Sekarang yang penting channeling dulu," sebutnya.
Perseroan cukup tergiur pertumbuhan e-commerce, dimana penetrasi industrinya hanya 11% namun pasarnya mampu naik hingga 22% di tahun 2017. Sedangkan nilai pasarnya sudah menembus US$ 7 miliar di tahun lalu.
UMKM yang menggunakan platform Teleshop akan dibekali alat (device) khusus oleh TUN. "Sengaja tidak langsung di-download di apps store, karena kami ingin lebih kompetitif dimana pada prinsipnya sales kami hadir langsung ke lapangan dan memprospek target market," ungkap Slamet.
Alat berupa Electronic Data Capture (EDC) tersebut sejatinya memiliki sistem operasi android. Slamet mengatakan, alat tersebut dipasok langsung dari China dengan kisaran harga US$ 300 per unitnya.
Sehingga jika tahun ini TUN menargetkan penambahan mitra Teleshop sebanyak 100.000, maka jumlah dana yang diperlukan untuk memasok EDC tersebut sekitar US$ 30 juta.
Saat ini sebagian besar transaksi masih berupa pulsa, dimana TUN juga merangkap sebagai authorized dealer penjualan voucher Telkomsel. Berbekal jaringan teleshop disejumlah UMKM tersebut, Slamet mengklaim platform tersebut setiap harinya bisa melayani 500.000 transaksi.
"Di tahun ini kami bakal tambah mitra UMKM sebanyak 100.000 lagi. Pastinya transaksi bakal bertambah, kira-kira hampir empat kali lipat," beber Slamet.
Dapat diperkirakan total transaksi yang didapati Teleshop setelah penambahan mitra tersebut mencapai 2 juta-2,5 juta transaksi dalam sehari.
( Baca : Teleshop Kembangkan Peer to Peer Lending )
PT Tele Utama Nusantara (TUN), anak usaha dari PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) telah memasuki tahun kedua berbisnis financial technology (fintech) dengan menjalankan aplikasi Teleshop. Sebelumnya perusahaan dikenal sebagai reseller voucher data dan sim card provider.
Sejak 2017, TUN telah menggaet sekitar 25.000 mitra bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjalankan Teleshop. "Kami punya sekitar 380 biller yang sudah bisa ditransaksikan, top five yakni pulsa, token PLN, BPJS dan PDAM dan leasing," ujar Slamet Riyadi, Direktur TUN kepada Kontan.co.id, Senin (12/3).
TeleShop Bantu UMKM Selami Digital | PT Rifan Financindo Berjangka
Layanan melalui TeleShop dapat dilakukan secara cepat, selama 24 jam dalam tujuh hari. Sistem teknologi digunakan terbukti aman dan hackproof. Setiap transaksi akan dilindungi dengan sistem keamanan mutakhir dengan memakai password dan meliputi tiga lapis sistem keamanan. "Khusus untuk perangkat TeleShop-5, struk pembelian dapat dicetak seketika," tegas Slamet.
Saat ini, kata Slamet, terdapat 25 ribu mitra UMKM pengguna TeleShop di Jawa, Madura Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Selanjutnya, TeleShop memperkuat ekosistem digital dengan menyasar sektor UMKM selama ini belum terjamah kalangan perbankan seperti pedagang voucher, minimarket (terutama yang stand alone) warung-warung kecil, gerobak kaki lima, dan koperasi.
TeleShop juga menawarkan platform online to offline (o2o). Itu membuat 25 ribu Sobate TeleShop bisa memberikan layanan transaksi digital kepada konsumen. Sejumlah kebutuhan konsumen dapat dilayani TeleShop, termasuk kebutuhan rutin seperti pembayaran listrik (dan token listrik), PDAM, Telepon, Leasing, pay-tv, dan lain-lain.
TeleShop bisa digunakan untuk pembayaran asuransi dan BPJS. Transaksi lain seperti pembelian pulsa, paket data, voucher game juga dapat dilayani. Begitu pula keperluan travelling seperti tiket pesawat, kereta, kapal PELNI, atau kamar hotel. Ke depan, TeleShop akan dikembangkan ke lebih banyak merchant sesuai dengan rencananya menjadi merchant aggregator.
Manajemen Tele Utama Nusantara (TUN) terus mendorong perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Itu ditunjukkan Anak Usaha PT Ti-Phone Mobile Indonesia (TELE) melalui pemanfaatan ekonomi digital. TUN menawarkan TeleShop, sebuah layanan digitalisasi yang memungkinkan UMKM mengakses ekonomi secara optimal.
Layanan TeleShop membantu UMKM menjadi e-UMKM atau UMKM elektronik. Di mana, TeleShop menawarkan sebuah solusi berbasis teknologi (SOBATE). Sebagai mitra TeleShop, UMKM disebut sebagai Sobate-TeleShop. "Melalui TeleShop diharap UMKM tidak kesulitan mengakses ekonomi digital," tutur Chief Executive Officer (CEO) PT TUN, Slamet Riyadi, di Jakarta, Senin (12/3).
TeleShop merupakan platform berbasis aplikasi android sangat mudah dioperasionalkan. Pada praktiknya, TeleShop merupakan layanan payment point online bank (PPOB), memungkinkan UMKM mentransaksikan lebih banyak produk. Termasuk produk digital, mengingat fungsi TeleShop dapat berupa merchant aggregator.