top of page

Gojek Vs Grab, Siapa yang Paling Sukses di Indonesia?

56 persen responden memilih menggunakan Gojek | PT Rifan Financindo Berjangka


Adanya perbedaan jauh antara Uber dengan dua aplikasi lainnya, karena aplikasi asal Amerika itu tidak menjangkau lokasi para respondennya, dan juga karena hanya beroperasi di 34 kota di Indonesia.


"Beberapa bulan yang lalu, Grab mengumumkan ekspansi ke 100 kota di Indonesia, menjadikannya pemain dominan di negara ini. Sementera itu, Gojek dan Uber hanya bisa diakses di 50 kota dan 34 kota di Indonesia," tutur eCommerceIQ.


Responden sebanyak 46 persen memiliki dua aplikasi transportasi online pada gawai mereka, sedangkan 23 persen memiliki semua aplikasi dan 29 persen hanya menginstal satu aplikasi saja.


EcommerceIQ mendapatkan, 56 persen responden memilih menggunakan Gojek setiap harinya. Sedangkan, 33 persen untuk Grab dan hanya delapan persen untuk Uber.


Kebanyakan responden memilih Gojek karena aplikasi ini yang pertama kali hadir pada 2010, sedangkan kompetitornya baru 2014 masuk ke Indonesia.


Selain beberapa faktor tadi, sebanyak lima persen responden menyatakan faktor banyaknya pilihan pembayaran pada aplikasi tersebut menjadi penentu. Saat ini, pengguna bisa menggunakan beberapa jenis pembayaran, seperti tunai, dompet elektronik atau e-wallet dan kartu kredit.


"Konsumen juga menunjukkan bahwa mereka tidak menyukai fitur e-wallet. Tidak mengherankan, karena tidak ada penggunaan yang meluas selain dari aplikasi layanannya sendiri," jelas eCommerceIQ


Faktor lainnya adalah promosi (22 persen), navigasi yang mudah digunakan (16 persen), pilihan layanan makanan yang beragam (tiga persen), layanan konsumen yang ramah (tiga persen), dan penghargaan yang diberikan (dua persen).


"Responden dari Semarang, Surabaya, dan Jabodetabek menilai, diskon dan promosi lebih banyak daripada opsi lainnya. Mungkin karena mereka memiliki akses lebih terhadap pilihan transportasi," ungkap eCommerceIQ dalam keterangannya kepada VIVA, Minggu 11 Februari 2018.


Pada Januari 2018, lembaga riset eCommerceIQ melakukan survei terhadap masyarakat di kota-kota besar Indonesia, untuk mencari tahu transportasi berbasis aplikasi mana yang jadi favorit. Tim riset melakukan survei secara online kepada 515 orang, terdiri dari 46 persen pria dan sisanya wanita.


Hasil survei menunjukkan, 26 persen responden memilih keamanan sebagai faktor utama saat memilih aplikasi yang akan digunakan. Faktor kedua adalah kemudahan konsumen menemukan pengemudi, sebanyak 23 persen.


Antara Grab dan Gojek Ini Jadi Pilihan Warga| PT Rifan Financindo Berjangka


Kebanyakan responden memilih Gojek karena aplikasi ini yang pertama kali hadir pada 2010, sedangkan kompetitornya baru 2014 masuk ke Indonesia.


Sementara Uber, aplikasi asal Amerika itu tidak begitu laris karena tidak begitu menjangkau masyarakat di Undonesia.


“Tapi akhir bulan lalu, Grab mengumumkan ekspansi ke 100 kota di Indonesia, menjadikan Grab sebagai penguasa Transportasi Online di negara ini.” tutur eCommerceIQ.


Faktor lainnya adalah promosi 22 persen, navigasi yang mudah digunakan 16 persen, pilihan layanan makanan yang beragam 3 persen, layanan yang ramah 3persen, dan penghargaan yang diberikan 2persen.


“Dari sejumlah responden menilai, diskon dan promosi lebih banyak daripada opsi lainnya,” ungkap eCommerceIQ, Minggu,(11/2/2018).


EcommerceIQ mendapatkan, 56 persen responden memilih menggunakan Gojek setiap harinya. Sedangkan, 33 persen untuk Grab dan hanya delapan persen untuk Uber.

Lembaga riset eCommerceIQ baru-baru ini melakukan survei terhadap masyarakat di kota-kota besar di Indonesia, untuk mencari tahu transportasi berbasis aplikasi mana yang jadi favorit warga.


Riset dilakukan kepada 515 orang, terdiri dari 46 persen pria dan sisanya wanita. Hasil survei menunjukkan, 26 persen responden memilih keamanan sebagai faktor utama. Faktor kedua adalah kemudahan menemukan pengemudi, sebanyak 23 persen.


Grab Bakal Tindak Tegas Mitra Pengemudi Curang | PT Rifan Financindo Berjangka

Dengan cara ini, Grab juga ingin memberikan kualitas layanan terbaik bagi pengguna. Ini dapat menjadi platform yang paling aman, baik untuk mitra pengemudi dan penumpang.


"Usaha kami ini dilakukan untuk menghargai upaya sebagian besar mitra pengemudi Grab yang telah bekerja keras dengan jujur tanpa kecurangan," tutur Ridzki dalam keterangan yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa (23/1/2018).


Karena itu, langkah tindak lanjut dari aksi para mitra pengemudi yang ketahuan melakukan kecurangan dapat pula dilakukan di kota-kota lain di Indonesia. Terlebih, Grab kini sudah berada 111 kota sehingga kenyamanan dan kemanan pengguna menjadi prioritas.


Para pelaku aksi penipuan ini tertangkap setelah tindak kecurangannya berhasil terdeteksi oleh sistem Grab. Sebelum ditangkap, aksi penelusuran dan pengamatan juga dilakukan oleh tim Satgas Grab yang didukung tim Cyber Crime Polda Sulsel.


Lebih lanjut, ia menuturkan Grab tak akan mentolerir dan menindaktegas pengemudi yang terbukti melanggar aturan dan kode etik. Hal itu termasuk mitra yang telah terbukti memakai praktik kecurangan seperti fake GPS atau tuyul ini.


"Sanksi yang diberikan pada mitra pengemudi yang terbukti telah melanggar peraturan dan kode etik di antaranya, pemberhentian sementara, pemberian denda, maupun pemutusan kemitraan, terutama pelanggaran terkait penipuan," ujarnya lebih lanjut.


Managing Director Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, mengapresiasi Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan di Makassar melalui tim Cyber Crime yang bekerja sama dengan Satuan Tugas (Satgas) Grab menangkap driver yang pakai aplikasi fake GPS atau yang lebih dikenal sebagai 'tuyul'.



bottom of page