PTDI Hadir di Singapore Airshow 2018
(PTDI) mengikuti gelaran Singapore Airshow 2018 | PT Rifan Financindo Berjangka
"Dalam pameran ini pun kita akan melakukan sejumlah penandatanganan framework agreement dengan sejumlah pihak," kata Ade dalam rilis, Selasa (6/2/2018).
Dia mengaku, selain memasarkan N219 pihaknya pun tetap memasarkan produk unggulan karya anak bangsa. Seperti CN235-220 dan NC212i.
Khususnya, pesawat N219 Nurtanio. Saking spesialnya, booth PTDI pada pameran itu pun diberi nama "N219 Nurtanio.
Sekretaris Perusahaan PTDI Ade Yuyu Wahyuna mengaku, keikutsertaan PTDI pada pameran internasional itu ditujukan untuk membuka pasar pesawat Nurtanio.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengikuti gelaran Singapore Airshow 2018. Senin (5/2/2018) kemarin, pameran yang berlangsung di Changi Exhibition Centre, Singapura ini resmi dibuka untuk umum.
Keikutsertaan PTDI dalam acara rutin dua tahunan ini dalam upaya perluasan pemasaran dan peningkatan penjualan berbagai produk dan jasa yang dihasilkan.
Pesawat N 219 Diprediksi Bakal Laku Keras, Ini Sebabnya | PT Rifan Financindo Berjangka
Sebelumnya, Direktur Utama PTDI, Elfien Goentoro menerangkan, untuk mempercepat pemenuhan sertifikasi laik terbang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pihaknya akan kemabali merilis purwarupa N219 kedua pada akhir Februari nanti.
Rencananya, purwarupa pesawat kedua N219 Nurtanio akan digunakan untuk pengujian system test, seperti avionic system, electrical system dan flight control. Sehingga, dua purwarupa pesawat tersebut bisa menjalani serangkaian tes yang berbeda.
“Jadi, untuk uji terbang kita bagi menjadi dua, 50:50, tidak hanya dengan satu product development, ini untuk mengejar target jam terbang menjadi 350 jam, jadi proses sertifikasi bisa dipercepat,” katanya. Dengan begitu, serangkaian test penerbangan ini bisa selesai sesuai target yakni pada akhir Tahun 2018.
Saat ini, pihaknya masih melakukan serangkaian uji coba terbang pesawat N 219 sebagai syarat mendapatkan sertifikasi layak terbang. Sebab, pesawat tersebut baru membukukan 17 jam terbang dari 300 jam syarat sertifikasi tersebut.
Terakhir, uji coba terbang ke 15 kalinya selama satu jam baru saja dilakukan di Landasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada pukul 09.00 WIB. Di mana, Ester Gayatri Saleh menjadi pilot pesawat.
“Ya, ini uji coba ke 15 untuk pesawat N 219 dengan jam terbang total 17 jam,” kata Tenaga Ahli PTDI, Andi Alisjahbana.
Dari kebutuhan global yang ada, tentu kami harus menentukan target kami. Kita targetkan 276 unit pesawat (N219) dengan proyeksi 10 tahun ke depan,” ujarnya dalam keterangannya kepada media, Minggu (4/2/2018).
Menurutnya, selain mengincar pasar domestik, pesawat bernama Nurtanio ini juga memiliki potensi pasar ke beberapa negara lain yang memiliki karakteristik geografis seperti di Indonesia. Misalnya, sebagian besar ada di wilayah Afrika dan Amerika Latin.
“Dari 276 unit itu, hanya 96 unit yang berasal dari pasar lokal. Misalnya pemerintahan seperti Papua dan Kalimantan,” katanya.
Melihat sambutan pasar yang cukup positif, PT Dirgantara Indonesia/PTDI (Persero) menargetkan pangsa pasar potensial pesawat N 219 mencapai 276 unit selama 10 tahun mendatang. Secara global kebutuhan pesawat sejenis ini bisa mencapai 2.000 unit.
Kepala Divisi Penjualan Direktorat Niaga PTDI, Ade Yuyu Wahyuna mengatakan, pesawat N 219 dirancang untuk memenuhi kebutuhan penerbangan, khususnya pada wilayah-wilayah dengan geografis pegunungan ataupun perbukitan. Pihaknya optimistis bisa menarik pangsa pasar yang ada.
PT Dirgantara Indonesia Percepat Proses Sertifikasi N219 Nurtanio | PT Rifan Financindo Berjangka
“Prototype Design (PD) ketiga dan keempat digunakan untuk melakukan uji struktur. PD 3 dan 4 ini tidak akan digunakan terbang, namun akan dimasukkan ke dalam laboratorium untuk menguji kekuatan struktur dan menguji kelelahan. Laboratoriumnya ada di PTDI di gedung MMC”, kata Palmana Banandhi.
Setelah mendapatkan Type Certificate, dimulailah tahapan serial production untuk mendapatkan Production Certificate. Type certificate adalah sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat. Sertifikat ini dikeluarkan oleh badan pengatur dalam hal ini yang berwenang di wilayah Indonesia adalah Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara atau Directorate General of Civil Aviation (DGCA), Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Purwarupa pesawat kedua N219 Nurtanio, saat ini sudah masuk ke tahap basic system instalation, sehingga di akhir bulan Februari, purwarupa pesawat kedua N219 Nurtanio akan siap diuji terbang. PTDI juga akan menyiapkan 2 (dua) purwarupa lainnya untuk dilakukan fatigue test yang membutuhkan 3000 cycle fatigue test untuk mendapatkan Type Certificate di akhir tahun 2018.
Purwarupa pertama pesawat N219 Nurtanio akan menjalani serangkaian pengujian yakni menyelesaikan pengujian performance dan structure test, sedangkan purwarupa pesawat kedua N219 Nurtanio akan digunakan untuk pengujian system test, seperti avionic system, electrical system dan flight control.
“Dari 100 persen subject flight test, kita bagi menjadi dua, 50:50. Sehingga nanti kegiatan-kegiatan flight test bisa dioptimalkan, tidak hanya di satu pesawat, dan ini memungkinkan untuk bisa dicapai dalam tahun ini”, jelas Palmana Banandhi.
Pesawat N219 Nurtanio hingga kini sudah melakukan 14 kali uji terbang dengan total waktu 17 jam. “Saat ini kita baru selesaikan terbang ke-14, dari 16 jam terbang ditambah sejam, sekitar 17 jam”, kata Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Pesawat Terbang PTDI, Andi Alisjahbana.
Untuk mengejar target jam terbang, PTDI akan menggunakan dua purwarupa pesawat N219 Nurtanio yang akan menjalani serangkaian tes yang berbeda. “Kedua pesawat ini memiliki misinya masing-masing”, kata Chief Engineering N219 Nurtanio, Palmana Banandhi.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Kementerian Perhubungan terus berupaya untuk mempercepat proses sertifikasi untuk pesawat N219 Nurtanio. “Kami targetkan prosesnya bisa selesai akhir tahun ini,” ujar Manager Hukum dan Humas PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Irland Budiman saat dihubungi bandungkiwari di Bandung, Senin (5/2/2018).
Sebelumnya, pada Jum’at lalu (2/2/2018), purwarupa pertama pesawat N219 Nurtanio kembali melaksanakan uji terbang yang ke-14 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Uji ini dilakukan oleh Captain Esther Gayatri Saleh, Chief Test Pilot PTDI sebagai Pilot In Command (PIC), dan Captain Adi Budi Atmoko sebagai First Officer (FO) yang melakukan uji terbang ke-14.