SOP Kurang Diperhatikan
Kecelakaan dalam pembangunan proyek infrastruktur | PT Rifan Financindo Berjangka
Kecelakaan konstruksi yang semula diberitakan sebagai crane roboh itu terjadi pada Minggu pagi. Launching girder proyek double track kereta api di Jatinegara, Jakarta Timur ambruk saat petugas tengah menaikkan bantalan rel. Kontraktor dalam pekerjaan tersebut adalah PT Hutama Karya (Persero).
Lokasi kejadian berada di pinggir rel kereta api RT014/RW07 Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (4/2/2018) sekitar pukul 05.00 WIB. Saat kejadian, kondisi cuaca tengah hujan deras.
Akibatnya, terdapat lima korban dalam kecelakaan tersebut. Dua diantaranya tewas ditempat dan tiga lainnya dirawat di Rumah Sakit. Belakangan, dua korban lainnya juga dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Premiere, Jatinegara dan Rumah Sakit Hermina.
Danis mengatakan temuan yang didapatkan komite yang terbentuk akhir bulan lalu tersebut nantinya akan dilaporkan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono.
"Yang terpenting apa penyebab terjadinya kecelakaan tersebut dan nantinya kami laporkan kepada Menteri PUPR," ujar Danis yang juga Kepala Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut.
Dalam hal ini, Djoko menuturkan untuk itu konsultas pengawas harus peduli kepada keselamatan pekerja antara lain budaya keselamatan, sistem kerja yang mendukung , pengalaman perusahaan dan orang-orang yang langsung terlibat sangat penting.
Sementara itu, Komite Keselamatan Konstruksi menyatakan masih menginvestigasi robohnya alat angkat proyek pada pembangunan double trackkereta api di Jatinegara, Jakarta Timur.
Menurut Danis, Komite masih melakukan verifikasi di lapangan untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut.
"Iya [masih investigasi]. Mereka sejak pagi tadi sudah di lapangan," katanya.
"Terkadang, SDM nya melalaikan prosedur, karena dianggap sudah biasa, jadi pentingnya pengawasan ketat di setiap item kegiatan," kata Djoko, Minggu (4/2).
Kecelakaan dalam pembangunan proyek infrastruktur akhir-akhir ini sering terjadi.
Akademisi UnikaSoegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno menuturkan salah satu faktor penyebab kecelakaan tersebut adalah SOP yang sering disepelekan.
Praktisi Konstruksi Soroti 'Kebut-kebutan' Proyek Infrastruktur | PT Rifan Financindo Berjangka
Kondisi inilah yang menurutnya menjadi biang keladi maraknya terjadi kecelakaan konstruksi di berbagai proyek pembangunan infrastruktur di tanah air.
Untuk itu, ia menyarankan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan kondisi sumberdaya manusia yang terlibat dalam proyek infrastruktur.
"Karena itu yang selama ini luput. Orang hanya fokus pada alatanya, pada kualitas betonnya dan seterusnya. Padahal di situ ada unsur manusia, yang juga perlu mendapat perhatian," tandasnya.
Jenuhnya pekerja konstruksi bisa timbul karena jam kerja yang terlalu panjang akibat tingginya tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi tepat waktu, bahkan lebih cepat dari waktu normal.
"Satu, fokus pekerja itu akan menurun kalau sudah melebihi jam kerjanya. Kalau fokus sudah turun, cenderung jadi abai. Mungkin secara SOP sudah sesuai, tapi ada hal-hal kecil yang sebenarnya penting terlewat karena fokusnya kurang," sambung dia.
Menurutnya, pekerjaan konstruksi yang diburu-buru target penyelesaiannya, berdampak langsung pada meningkatnya risiko kecelakaan kerja di proyek konstruksi.
"Pekerjaan konstruksi kan banyak yang targetnya cepat-cepat. Itu jadi banyak yang harus lembur dan bekerja lebih panjang. Jangan lupa, yang dipekerjakan di situ (proyek konstruksi) itu kan manusia. Manusia itu punya titik jenuh," sebut Basuki.
Sayangnya, hal itu masih belum cukup untuk meminimalisir potensi kecelakaan kerja di Proyek konstruksi. Perhatiannya tertuju pada kondisi pekerjaan konstruksi yang terkesan kebut-kebutan.
Dalam kurun waktu 5 bulan terakhir, terjadi 5 kecelakaan di proyek konstruksi. Bahkan, pada kejadian terakhir, kecelakaan konstruksi yang terjadi sampai mengakibatkan 4 pekerja meninggal. Apa yang salah?
Praktisi Konstruksi Basuki Winanto menjelaskan, sebenarnya teknologi konstruksi yang ada dan digunakan di Indonesia sudah mumpuni.
"Bahkan tenaga ahlinya juga andal-andal untuk bisa membangun infrastruktur di Indonesia," kata dia saat berbincang dengan detikFinance, Minggu (4/2/2018).
Kecelakaan Konstruksi Berujung Maut Gara-gara Proyek Dikebut? | PT Rifan Financindo Berjangka
Kadin meminta kepada pelaku konstruksi agar menjadikan keselamatan kerja sebagai investasi dan bukan sebagai beban usaha. Kadin juga meminta kepada semua stakeholder agar dapat memfasilitasi peningkatan keterampilan pekerja konstruksi.
"Maraknya kejadian kecelakaan dalam proyek strategis nasional akhir-akhir ini sudah seharusnya membunyikan alarm bahaya bagi kelangsungan pekerjaan para kontraktor," pungkasnya.
Adapun, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Erwin Aksa menegaskan percepatan pembangunan infrastruktur bukan penyebab utama maraknya kasus kecelakaan konstruksi yang terjadi belakangan ini. Ia menjelaskan maraknya kecelakaan lebih disebabkan oleh kelalaian dan lemahnya pengawasan di lapangan.
"Hampir semua kecelakaan kerja itu terjadi karena kelalaian, entah itu karena pengawasan tidak dilakukan dengan baik atau mungkin tidak mengikuti prosedur karena sudah menganggap remeh atau menganggap biasa," tutur Erwin.
Setahun belakang kecelakaan konstruksi kerap terjadi di Indonesia yang menyebabkan beberapa orang tewas. Misalnya, konstruksi bangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro) yang ambruk di Pasuruan pada Oktober 2017 dan menyebabkan satu pekerja meninggal dunia serta dua orang mengalami luka-luka.
Kemudian konstruksi bangunan pada proyek jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) yang terletak di Caringin, Bogor, yang ambruk pada September 2017 dan menewaskan satu orang pekerja serta melukai dua orang lain.
Hari ini bantalan rel pada proyek jalur ganda kereta di Jatinegara, Jakarta Timur, jatuh yang menyebabkan empat orang meninggal dunia. Keempat orang tersebut merupakan pekerja proyek, yakni Jaenudin (44), Dami Prasetyo (25), Jana Sutrisna, dan Joni (34).
Kecelakaan kerja proyek konstruksi tersebut disebabkan jatuhnya bantalan rel jalur ganda yang akan dipasang dengan alat crane. Ketika posisi bantalan rel di atas tiba-tiba mengalami kemiringan dan jatuh menimpa para pekerja.
Kecelakaan konstruksi kembali terjadi di Indonesia dan menewaskan empat orang. Percepatan pengerjaan proyek-proyek infrastruktur dituding menjadi penyebab maraknya kecelakaan.