top of page

Pertumbuhan Ekonomi di 2017 Adalah yang Tertinggi Sejak 2014

( BPS) melaporkan, produk domestik bruto ( PDB) | PT Rifan Financindo Berjangka


Ia menyebutkan, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 adalah industri pengolahan, yakni 0,91 persen. Selain itu, disusul sektor konstruksi sebesar 0,67 persen, perdagangan 0,59 persen, dan pertanian 0,49 persen.


"Sumber pertumbuhan 3 tahun terakhir dari industri pengolahan. Kalau bisa meningkatkan pertumbuhan di industri dampaknya bisa besar, karena menyerap banyak tenaga kerja dan kontribusinya besar sekali," sebut Suhariyanto.


Sekedar informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 sebesar 5,01 persen, tahun 2015 sebesar 4,88 persen, dan tahun 2016 sebesar 5,03 persen.


"Artinya hasil pembangunan infrastruktur mulai bergulir," tutur Suhariyanto.


Memang masih di bawah target 5,2 persen, tapi angka ini cukup bagus. Kita tentunya berharap pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi kita makin meningkat, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2018).


Suhariyanto menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 merupakan angka tertinggi sejak tahun 2014.


Namun demikian, ia optimistis ekonomi Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih tinggi.


Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto ( PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesiaselama tahun 2017 mencapai 5,07 persen.


Angka ini, menurut BPS, merupakan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2014 silam.


Kepala BPS Suhariyanto menyebut, angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tersebut lebih rendah dari target yang dipasang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni 5,2 persen.


Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,07% di 2017, dari Investasi hingga Konsumsi Pemerintah | PT Rifan Financindo Berjangka


Selain itu, konsumsi pemerintah tumbuh 3,81%, dibanding pada kuartal IV 2016 yang kontraksi minus 4,03%. "Ini didorong oleh kenaikan belanja pegawai terutama belanja gaji dan tunjangan profesi guru. Sementara belanja barang juga mengalami kenaikan terutama untuk pemeliharan dan barang non-operasional," tukas dia.


"Peranan investasi meningkat signifikan dibanding 2016. Tahun 2016 sumbangan investasi hanya 1,45%. Kita berharap pembangunan dan investasi akan menyerap tenaga kerja dan berikan pendapatan untuk masyarakat Indonesia. Meskipun untuk infrastruktur ada lag beberapa jeda," jelasnya.



Sementara itu, investasi di kuartal IV tumbuh 7,27%, lebih tinggi dibanding kuartal III 2017. Ini menunjukkan bahwa infrastruktur bergerak dan seluruh komponen PMTB menggemberikan.


Pertumbuhan terjadi untuk barang modal jenis mesin dan perlengkapan, peralatan lainnya, bangunan. Namun kendaraan menurun.


Dari data BPS, secara kumulatif (kuartal I-IV) konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dengan komposisi sebanyak 56,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor naik 9,09%, impor sebesar 8,06%, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) naik 6,91% dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMBT) naik 6,15% serta terendah yakni konsumsi pemerintah yang hanya tumbuh 2,14%.


"Sumber pertumbuhan ekonomi 2017 5,07% lebih baik dibanding 2016 dan 2015. Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi 2,69% diikuti Investasi," ungkapnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (5/2/2018).


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,07%. Angka ini masih di bawah proyeksi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017.


Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga.

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia | PT Rifan Financindo Berjangka

"Kalau dilihat dari komponennya, seluruh komponen konsumsi rumah tangga tumbuh dan lebih tinggi dibanding kuartal IV 2016 kecuali transportasi dan komunikasi. Kita harap konsumsi rumah tangga makin bagus, syaratnya daya beli harus terjaga dan supaya daya beli terjaga maka tingkat inflasi harus terkendali," jelasnya dia.


Sementara itu, konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2017 (Kuartal I-Kuartal IV) mencapai 4,95%, dan masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu.


"Konsumsi rumah tangga sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi di 2017 yakni sebesar 2,69%," tukas dia.

Sementara itu, pertumbuhan PDB kelompok pengeluaran pada kuartal IV ini secara yoy paling tinggi dari impor yang tumbuh 11,81%, kemudian ekspor 8,5%, PMBT 7,27%, konsumsi LNPRT sebesar 5,24% dan dan konsumsi pemerintah sebesar 3,81%.


Untuk konsumsi rumah tangga secara yoy, semuanya mengalami pertumbuhan. Kelompok konsumsi yang menguat misalnya penjualan makanan dan minuman yang tumbuh 5,37%. Sandang, pakaian alas kaki tumbuh 3,62% dan masih lebih tinggi dibanding kuartal IV 2016.


Dari data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV sebesar 4,97%, lebih besar dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar 4,93%. Namun dibandingkan dengan kuartal IV 2016 sebesar 4,99%, lebih melambat.


"Jadi ketergantungan kita terhadap konsumsi rumah tangga masih sangat besar," ungkap Kecuk di kantornya, Jakarta, Senin (5/2/2018).


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,07%. Angka ini di bawah prediksi pemerintah sebesar 5,2% di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017.


Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyatakan, hingga saat ini sektor pendorong pertumbuhan ekonomi masih di dominasi oleh peranan konsumsi rumah tangga sebesar 56,13%.




bottom of page