top of page

Mentan Pertanyakan Minimnya Serapan Beras Bulog

Amran Sulaiman mempertanyakan minimnya proses penyerapan Perum Bulog | PT Rifan Financindo Berjangka


Namun, pembelian beras dengan kualitas yang buruk tidak masuk dalam nilai keekonomisan Bulog. “Opsi terbaik adalah beli gabah sesuai kualitas karena akan mendukung proses produksi yang menghasilkan beras sesuai kualitas juga,” jelas Andrianto ketika dihubungi Katadata.


Sebelumnya, Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan, Bulog memiliki keterbatasan dalam menyerap gabah petani karena adanya ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Menurutnya, harga gabah di pasaran pada tahun lalu sudah jauh di atas HPP.


Kementerian Pertanian tahun lalu menargetkan penyerapan gabah oleh Bulog setara 3,7 juta ton beras. Namun, pencapaiannya hanya berada di kisaran 56,7% dari target. “Kalau HPP di atas harga pasar, jangan cuma ditarget segitu, lebih juga saya mampu,” kata Djarot.


Sementara, Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi mengungkapkan pemerintah memang memberikan ganti rugi untuk pembelian gabah di luar kualitas. Sehingga, selisih dalam pembelian yang nilainya di bawah Rp 3.700 per kilogram bakal diganti dengan anggaran pemerintah.


Andrianto menjelaskan, Bulog dapat membeli dengan harga Rp 3.700 untuk gabah luar kualitas. Selisih harga yang bisa ditagih Bulog ke pemerintah pun maksimal hanya sampai Rp 400, tergantung mutunya. Sehingga, kualitasnya minimum pembelian dengan harga Rp 3.300.


Menurut Amran, keempat instrumen sudah bisa berfungsi agar Bulog mampu melakukan penyerapan maksimal pada 2017. Namun kenyataannya, minimnya angka serapan menyebabkan kebijakan impor beras 500 ribu ton harus diputuskan beberapa waktu lalu. “Kecuali tidak ada empat instrumen, yang akan repot petaninya,” ujar Amran.


Acuan HPP berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, fleksibilitas berdasarkan Rapat Koordinasi Terbatas pada 7 Juli 2017, harga komersial sesuai perhitungan ekonomi Bulog, dan harga gabah luar kualitas mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 71 Tahun 2017.


Menteri Pertanian Amran Sulaiman mempertanyakan minimnya proses penyerapan Perum Bulog. Pasalnya, pemerintah telah menyiapkan empat instrumen agar penyerapan gabah dan beras yang dilakukan Perum Bulog bisa maksimal.



Keempat instrumen tersebut mencakup Harga Pembelian Pemerintah (HPP), fleksibilitas, harga di luar kualitas, dan pembelian beras komersial. “Beras yang mana lagi yang tidak bisa dibeli Bulog? Semua bisa dibeli,” kata Amran di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (29/1).


Harga Beras Premium Alami Kenaikan | PT Rifan Financindo Berjangka


Sedangkan untuk jenis premium yang kualitasnya dianggap setara dengan beras di luar Bulog, harga hanya Rp 11.000 per kg. “Dua jenis beras Bulog di sudah disebar di 160 Rumah Pangan Kita (RPK) yang merupakan agen penjualan beras Bulog,” katanya.


Namun, Tajuddin juga mengaku, tingkat kepercayaan masyarakat akan kualitas beras di luar Bulog masih lebih tinggi. “Meskipun lebih mahal, warga lebih memilih mengonsumsi beras di luar Bulog. Sedangkan beras Bulog sepi peminat,” ujarnya.


Seperti diungkapkan Septi (35) Warga Kelurahan Pantai Amal. Ia mengaku membeli beras di atas HET. Semula sekarung berisi 20 kg beras jenis premium non Bulog, ia beli Rp 250.000. Namun sekarang naik menjadi Rp 280.000 per karung.


Jika dihitung-hitung, beras yang dibelinya Rp 14.000 per kg. Namun, baginya harga tersebut tidak terlalu memberatkan dan sebanding dengan kualitas berasnya. “Alhamdulillah, masih bisa terbeli,” pungkasnya.


“Mereka nantinya sewaktu-waktu akan turun ke lapangan memantau harga kebutuhan pangan, termasuk beras. Terutama menjelang perayaan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri dan Natal,” bebernya.


Terkait kenaikan harga beras saat ini, pihaknya sudah berupaya menyetabilkan dengan meminta bantuan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mendistribusikan beras komersil jenis medium dan premium ke pasaran dengan harga murah.


“Yang kami tawarkan itu beras jenis medium (Bulog) harganya dipatok sampai ke konsumen hanya Rp 9.000, sedangkan HET-nya Rp 9.950 per kg,” katanya.


Namun, diungkapkan Kepala Dinas Perdagagan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Tarakan, Tajuddin Tuwo bahwa harga yang ada di pasaran belum melewati HET, dan ia berharap pedagang menjual beras jenis itu di bawah HET.


“Beras di luar premium yang beredar di Tarakan, kebanyakan berasal dari Sulawesi dan Jawa. dan tentunya siapapun pedagang itu agar tidak menjual beras di atas HET. Karena bisa dikenakan sanksi jika didapat oleh satuan tugas (satgas) pangan saat melakukan sidak,” kata Tajuddin.


Dikatakan Tajuddin, Satgas Pangan di Tarakan sudah dibentuk. Yang merupakan gabungan instansi terkait seperti Dinas Perdaganan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah, Polres Tarakan, Bulog dan instansi terkait lainnya.


Akhir Januari 2018, harga beras premium mengalami kenaikan meski tidak signifikan. Untuk harga eceran tertinggi (HET) per kilogram yang sebelumnya Rp 13.000 kini naik menjadi Rp 13.300.

Ketika Harga Beras dan Gabah Mulai Turun | PT Rifan Financindo Berjangka


Sebagaimana diketahui harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang pada Sabtu (27/1) mengalami penurunan sebesar Rp 25 hingga 575 perkilogram (kg) dibandingkan sehari sebelumnya. Beras Jenis IR64-II sebelumnya Rp 12.075, turun Rp 300 menjadi Rp 11.775 per kg. Beras IR64-III semula Rp 8.900, turun Rp 250 menjadi Rp 8.650 per kg. Beras IR64-I semula 12.650, turun Rp 175 menjadi Rp 12,475 per kg. Beras Ketan Putih Biasa semula Rp 23.575 turun Rp 575 menjadi Rp 23.000 per kg.


Sementara itu harga beras di beberapa pasar di wilayah DKI Jakarta juga mengalami penurunan. Sumber data www.infopangan.jakarta.go.id, harga beras IR42 pera Sabtu (27/1) di Jakarta Pusat Rp 11.875 turun Rp 456 per kg dibandingkan hari sebelumnya, di Jakarta Timur Rp 11.467 turun Rp 318 per kg. Beras IR64 Ramos di Jakarta Pusat Rp 10.660 turun Rp 750 per kg dan di Jakarta Selatan Rp 11.086 turun Rp 246 per kg.


"Justru, sekarang yang jadi korban adalah petani harga gabahnya turun ditekan oleh isu impor," ujarnya prihatin. Yanuar menambahkan, persoalan hulu di petani dan hilir dikonsumen sebenarnya bisa dijaga dan dikelola lebih baik. Namun isu impor beras ini menjadi sangat kontraproduktif terhadap seluruh sistem pertanian nasional yang dengan susah payah dibangun.


Fakta tersebut menurutnya memberikan bukti bila persoalan harga beras dan harga gabah diduga permainan mafia beras. "Ini fakta jangka pendek, soal harga beras dan gabah hanya jadi permainan. Yang hal itu sangat merugikan petani," pungkasnya.


Kondisi ini jelas merugikan petani. Memasuki musim panen di beberapa sentra produksi turut mempengaruhi harga di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang turun Rp 200 - Rp 300. Demikian pula harga gabah seperti di wilayah di Sumatera Selatan yang anjlok hingga Rp 800.


Padahal diketahui beras impor yang didatangkan dari negara Thailand dan Vietnam belum masuk. Lebih lanjut Yanuar mengatakan, kondisi riilnya beras impor sendiri belum masuk ke Indonesia. Tetapi harga sudah bisa turun. Jadi, tanpa tambah pasokan impor pun bisa turun dari sisi suply-demand di stok beras.



Musim panen raya rupanya mempengaruhi harga di sejumlah sentra perdagangan beras. Demikian pula harga gabah anjlok. Padahal beras impor yang didatangkan dari negara Thailand dan Vietnam belum masuk ke tanah air.

Pengamat Kebijakan Pangan, Dr Yanuar Rizki mengindikasikan soal lonjakan harga be

ras di pasaran selama ini sengaja dimainkan para spekulan atau bukan terkait dengan kondisi riil. Ada mafiakah?


Menurutnya, kalau pasokan masih sama tapi harga bisa turun karena persepsi ada impor beras dan harga gabah turun, maka ini membuktikan soal harga beras di konsumen lebih kepada permainan isu. "Bukannya kondisi riil," ujarnya, Sabtu (27/1)





bottom of page