top of page

Toyota Indonesia Rugi Gara-gara Aturan Baru Vietnam

Pemerintah Vietnam mengeluarkan aturan baru terkait mobil impor | PT Rifan Financindo Berjangka

Kepercayaan merek Toyota dari Jepang untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi memang bukan perkara mudah dan dibangun dalam waktu yang lama. Hal ini juga menjadi bukti hubungan diplomatik yang cukup baik untuk kedua negara.


Untuk merayakan persahabatan Indonesia dan Jepang yang sudah berjalan selama 60 tahun, PT TMMIN ikut merayakannya dengan melakukan penanaman Pohon Sakura di Jawa Tengah.


"Penanaman Pohon Sakura di lereng Gunung Lawu ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai ikon wisata daerah ini, sehingga tidak hanya keindahannnya dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar (atau disebut juga sebagai Income Generating Activities) melalui industri pariwisata," kata Warih.


Saat ini, diketahui Vietnam menjadi salah satu tujuan ekspor mobil-mobil Toyota yang diproduksi di Indonesia oleh TMMIN. Jumlah ekspor ke Vietnam sendiri pada tahun lalu mencapai kurang lebih 14 ribu unit Toyota Fortuner. "Kerugian ekspor itu masih belum signifikan. Jumlah ekspor masih 20 persen dari penjualan domestik. Tetapi kalau berlanjut terus akan berdampak," kata Warih.


Diketahui, keputusan Nomor 116 sebenarnya diumumkan pada Oktober lalu. Dalam aturan itu disebutkan, tiap mobil-mobil impor wajib memerlukan uji emisi dan keselamatan yang telah Pemerintah Vietnam tetapkan. Padahal sebelumnya, hanya pengiriman pertama bagi tiap model yang akan diuji.


Menurut Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Warih Andang Tjahjono, saat ini masalah itu jadi persoalan bersama banyak merek otomotif yang melakukan ekspor ke Vietnam.


"Kami enggak mau memasukkan hal itu ke individual otomotif. Masalah itu biar Pak Jokowi, kan sudah ketemu PM (Perdana Menteri) Vietnam," ujar Warih, di sela penanaman pohon sakura di Tawangmangu, Jawa Tengah.


Ditanyakan soal kerugian dari diterapkannnya regulasi ini, Warih mengatakan, kerugian tidak langsung dirasakan oleh TMMIN sebagai produsen mobil merek Toyota yang melakukan impor ke Vietnam.


Pemerintah Vietnam mengeluarkan aturan baru terkait mobil impor. Mobil-mobil yang masuk ke sana secara utuh diwajibkan mengikuti regulasi baru terkait uji tipe dan emisi kendaraan yang berlaku.


Mobil-mobil completely built up (CBU) yang masuk ke Vietnam kini harus lolos uji tipe dan emisi yang ada dalam regulasi nomor 116 tentang Overseas Vehicle Type Approval (VTA). Akibat aturan itu, sejumlah merek otomotif menyetop ekspor mobil, salah satunya adalah Toyota Indonesia.


Ekspor ke Vietnam Tertunda Toyota Indonesia Rugi Besar, Berapa? | PT Rifan Financindo Berjangka

Pasar Vietnam melambat tahun lalu dengan jelas, karena konsumen menahan diri untuk tidak membeli saat menunggu penghentian tarif pada akhir 2017," jelas Presiden Toyota Motor Thailand, Michinobu Sugata.


Memang, penjualan mobil di Vietnam antara Januari hingga November merosot 10 persen, menjadi 245 ribu unit.


"Kami mengantisipasi lompatan besar pada 2018, namun karena hambatan non-tarif yang ditetapkan oleh pemerintah Vietnam, kami sama sekali tidak dapat mengekspor ke pasar," tambahnya.


Lanjut Bob, dengan adanya penundaan impor ke Vietnam ini, tidak ada penghentian produksi. Pasalnya, tidak ada line produksi khusus untuk pasar ekspor maupun pasar domestik. "Tidak ada penghentian, karena kita tetap harus adjust antara domestik dan ekspor," pungkasnya.


Untuk diketahui, jumlah ekspor dari pabrikan mobil besar di Jepang, Thailand, dan Indonesia mencapai seperlima dari pangsa pasar di Vietnam atau sekitar 1.000 unit per bulan. Untuk mobil yang diimpor, seperti pikap Hilux, Yaris, Fortuner, dan merek Lexus.


Ekspor ke Vietnam tertunda, Toyota Indonesia mengalami kerugian besar. Hal ini karena dampak peraturan baru impor Vietnam.


Akibatnya, PT Toyota Motor manufacturing Indonesia (TMMIN) harus menunda pengiriman unitnya ke Vietnam mulai awal tahun ini.


Dijelaskan Bob Azam, Direktur Administrasi, Corporate & External Affairs PT TMMIN, untuk model yang diekspor ke Vietnam paling banyak Toyota Fortuner, sebesar 2.000-an unit per bulan.


Lalu, berapa kerugian yang dialami Toyota dengan adanya penundaan ekspor ini?


"Sedang kita kalkulasi (kerugiannya), karena tahunan hitungnya. Kalau per bulan, kita lihat dulu. Revenue kita Rp 3 triliunan per tahun akan berdampak," jelas Bob kepada Liputan6.com, Senin (29/1/2018).


Toyota Belum Khawatirkan Kerugian Ekspor ke Vietnam | PT Rifan Financindo Berjangka


Itu idealnya memang. Kami tidak memasukkan ke individual otomotif. Soal masalah ini Presiden Joko Widodo juga sudah bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam," ucap Warih.


Warih meyakini selain Vietnam masih ada pasar lain yang dapat menjadi kesempatan untuk ekspor. Saat ini Toyora tengah menjajaki membuka pasar Amerika Selatan antara Argentina dan Maroko.


Vietnam menerapkan kebijakan baru terkait uji tipe dan uji emisi dalam regulasi nomor 116 tentang overseas vehicle type approval (VTA). Kebijakan ini mengharuskan setiap produsen melakukan uji tipe sesuai standar pemerintah Vietnam. Jika tidak sesuai maka seluruh produk ekspor akan dikirimkan kembali ke negara asal.



Warih mengungkapkan, Toyota pada 2017 mengekspor 14.000 produknya ke Vietnam. Produk tersebut adalah Toyota Fortuner Toyota sendiri pada 2017 mengekspor 200.000 produknya ke 80 negara di dunia. Produknya diterima di negara Asia Tenggara, Timur Tengah dan sebagian Amerika Selatan.


Menurut Warih, perihal masalah ekspor Vietnam perlu dilihat sebagai kebijakan masing-masing negara. Tiap negara ingin agar ditempatnya menjadi basis produksi dan membangun perekonomiannya.


Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( TMMIN) Warih Andang Tjahyono mengungkapkan saat ini kerugian ekspor masih belum signifikan. Ini setelah Vietnam memberlakukan kebijakan baru impor mobil CBU per Januari 2018, dengan persyaratan non-tarif.


"Kerugian ekspor itu masih belum sifnifikan. Dari ekspor, kita masih 20 persen dari domestik. Tapi kalau berlanjut terus akan berdampak," ujar Warih saat ditemui di Tawamangu, Sabtu (27/1/2018).





bottom of page