Sistem Keuangan RI Masih Normal
Sistem keuangan Indonesia pada kuartal IV tahun 2017 dalam kondisi normal | PT Rifan Financindo Berjangka
Sri Mulyani menambahkan, KSSK mencermati sejumlah tantangan ke depan, baik dari eksternal dan domestik.
Dari eksternal antara lain rencana kenaikan lanjutan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, normalisasi neraca Bank Sentral Amerika Serikat, modernisasi pertumbuhan ekonomi China, dan dinamika konflik politik.
Dari sisi domestik, KSSK mencermati tantangan seperti dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap inflasi atau subsidi, aliran dana nonresiden pada pasar keuangan.
"Adapula tingkat permintaan kredit yang belum sepenuhnya pulih, persepsi pasar terhadap kondisi politik menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019, serta perkembangan mata uang virtual (cryptocurrency) termasuk bitcoin," tukasnya.
Hal tersebut juga ditandai dengan kinerja perbankan dan pasar modal yang membaik, tren performa SBN yang positif, serta kecukupan dana penjaminan simpanan.
"KSSK akan mengoptimalkan bauran kebijakan dari sisi fiskal, moneter, makro dan mikroprudensial, serta pasar keuangan dalam menjaga momentum perekonomian dari tantangan yang dapat mengganggu kesinambungan dan stabilitas sistem keuangan," dia menjelaskan.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, sistem keuangan Indonesia pada kuartal IV tahun 2017 dalam kondisi normal. KSSK optimistis stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Demikian hasil kesimpulan Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang pertama di 2018.
"Kondisi tersebut ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah sesuai target, neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran masuk modal asing yang stabil, nilai tukar rupiah yang terjaga, cadangan devisa yang menguat," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Kuartal IV 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Normal | PT Rifan Financindo Berjangka
Dari sisi eksternal, KSSK mencermati rencana lanjutan kenaikan Fed Funds Rate dan normalisasi neraca bank sentral AS, normalisasi moneter negara maju, moderasi pertumbuhan (rebalancing) ekonomi Tiongkok, dan dinamika konflik geopolitik. Sementara dari sisi domestik, KSSK mencermati tantangan seperti dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap inflasi atau subsidi, aliran dana nonresiden pada pasar keuangan, tingkat permintaan kredit yang belum sepenuhnya pulih, persepsi pasar terhadap kondisi politik menjelang Pilkada serentak tahun 2018 dan Pilpres 2019, serta perkembangan mata uang virtual (cryptocurrency) termasuk Bitcoin.
Memandang prospek dan tantangan bagi stabilitas makro ekonomi dan keuangan tersebut, KSSK akan senantiasa mendorong sinergi kebijakan dan reformasi struktural yang diperlukan untuk memelihara dan mengantisipasi stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Komitmen tersebut tercermin dalam Rencana Kerja KSSK tahun 2018 meliputi pengkajian implementasi peraturan pelaksanaan UU PPKSK, pelaksanaan simulasi penanganan krisis sistem keuangan, operasionalisasi Sekretariat KSSK, dan peningkatan kapasitas pegawai yang antara lain melalui program pertukaran pegawai antarlembaga anggota KSSK.
KSSK optimis kondisi stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan tetap terkendali dalam rangka mendukung momentum pertumbuhan perekonomian nasional dengan ditopang resiliensi perekonomian yang kian membaik.
Kondisi tersebut ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah sesuai target, neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran ma?uk modal asing yang stabil, nilai tukar Rupiah yang terjaga, cadangan devisa yang menguat, kebijakan fiskal dengan tingkat defisit anggaran dan defisit primary balance yang lebih rendah dari target APBN-P 2017, kinerja perbankan dan pasar modal yang baik, tren performa SBN yang positif, kecukupan dana penjaminan simpanan, serta persepsi investor yang positif terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan.
KSSK akan mengoptimalkan bauran kebijakan dari sisi fiskal, moneter, makro dan mikroprudensial, serta pasar keuangan dalam menjaga momentum perekonomian dari tantangan yang dapat mengganggu kesinambungan dan stabilitas sistem keuangan.
Ke depan, KSSK mencermati sejumlah tantangan yang dapat memengaruhi stabilitas sistem keuangan baik dari sisi eksternal maupun domestik.
Stabilitas sistem keuangan pada kuartal IV 2017 dalam kondisi normal. Hal tersebut disimpulkan dalam Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang pertama di tahun 2018.
Sri Mulyani Jelaskan Penyebab Sistem Keuangan Stabil Terkendali | PT Rifan Financindo Berjangka
Sementara dari sisi domestik, tantangannya berasal dari kenaikan harga minyak dunia yang bisa mempengaruhi inflasi atau subsidi. Tantangan lainnya berupa aliran dana non residen pada pasar keuangan, dan tingkat permintaan kredit yang belum sepenuhnya pulih.
Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 2018 dan pemilihan presiden (pilpres) pada 2019 juga menjadi salah satu peristiwa yang diperhatikan KSSK. Terutama terkait dengan persepsi pasar terhadap kondisi pilkada menjelang pilkada dan pilpres.
Perkembangan mata uang virtual termasuk Bitcoin juga termasuk sebagai tantangan dari sektor keuangan di dalam negeri. Sri Mulyani menyatakan dukungannya terhadap Bank Indonesia untuk melarang penggunaan mata uang virtual sebagai alat pembayaran, termasuk sebagai alat investasi dan komoditas. Mata uang virtual dinilai sangat berisiko dan berpotensi merugikan masyarakat.
Kondisi stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terkendali juga ditandai dengan kinerja perbankan dan pasar modal yang baik dan tren performa Surat Berharga Negara (SBN) tercatat positif. Sri Mulyani juga menyatakan kecukupan dana penjamin simpanan serta persepsi investor yang positif terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan.
Menurut dia, KSSK akan mengoptimalkan bauran kebijakan dari sisi fiskal, moneter, makro dan prudensial, serta pasar keuangan untuk menjaga momentum perekonomian. Saat ini, sistem keuangan menghadapi sejumlah tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari sisi eksternal, tantangan berasal dari rencana kenaikan lanjutan Fed Fund Rate dan normalisasi neraca bank sentral Amerika. Normalisasi moneter negara maju, moderasi pertumbuhan ekonomi Cina, serta dinamika konflik geopolitik merupakan sejumlah tantangan yang dicermati KSSK.
Indikator lainnya adalah neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran masuk modal asing yang stabil, dan nilai tukar rupiah yang terjaga. Sri Mulyani mencatat cadangan devisa pun menguat, kebijakan fiskal dengan tingkat defisit anggaran, dan defisit primary balance yang lebih rendah dari target APBN Perubahan 2017.
Indikator lainnya adalah neraca transaksi berjalan pada tingkat yang sehat, aliran masuk modal asing yang stabil, dan nilai tukar rupiah yang terjaga. Sri Mulyani mencatat cadangan devisa pun menguat, kebijakan fiskal dengan tingkat defisit anggaran, dan defisit primary balance yang lebih rendah dari target APBN Perubahan 2017.