top of page

Pengaduan YLKI 2017, Paling Banyak Belanja Online

(YLKI) mencatatkan pada 2017 terdapat 23.229 pengaduan konsumen | PT Rifan Financindo Berjangka

Kendati demikian, Dia menyatakan, dalam kurun waktu 5 tahun perbankan, perumahan dan telekomunikasi menjadi sektor yang terus menduduki lima terbesar persentase pengaduan.


"Perbankan itu selalu ada, tahun lalu pertama sekarang tertinggi kedua. Selama lima tahun pengaduan perbankan terus tinggi. Kami melihat regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum cukup baik kinerjanya melakukan pengawasan," ucapnya.


"Belanja online yang tinggi, ini terjadi karena masih lemahnya regulasi yang mengatur transaksi online. Pemerintah belum sah kan RPP itu, padahal itu payung untuk online," ujar Tulus dalam acara laporan pengaduan konsumen tahun 2017 di Kantor YLKI, Jakarta, Jumat (19/1/2018).


Dia mengatakan, tingginya aduan belanja online dikarenakan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) soal Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE) yang disusun Kementerian Perdagangan (Kemdag) belum juga dirampungkan.


Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulis Abadi mengatakan, terjadi pergeseran dari tahun sebelumnya di mana perbankan menempati urutan pertama kini menjadi urutan kedua. Sebaliknya belanja online menjadi urutan pertama dari sebelumnya urutan kedua di tahun 2016.


Pengaduan umum ini diterima melalui layanan online web sebesar 41% dan secara manual sebesar 59%.

Dari total 642 pengaduan umum, persentase tertinggi terdapat pada belanja online sebesar 16%.


Kemudian tertinggi kedua adalah aduan terkait perbankan sebesar 13%. Lalu untuk aduan mengenai perumahan dan komunikasi di angka yang sama sebesar 9%. Serta pengaduan mengenai listrik berada di angka 8%.


Untuk total pengaduan umrah terdiri dari aduan tertinggi 17.557 mengenai First Travel. Kemudian aduan mengenai Kafilah Rindu Ka'bah sebesar 3.056, serta tertinggi ketiga Hannien Tour 1.821 aduan.


Angka ini terdiri dari pengaduan terkait umrah sebesar 22.617 dengan data per Desember. Adapun aduan umum atau di luar umrah sebesar 642 pengaduan per November.


Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatatkan pada 2017 terdapat 23.229 pengaduan konsumen. Angka ini pun menunjukkan Indeks Pengaduan Konsumen (IPK) Indonesia di level 33.


YLKI Terima 22.613 Pengaduan Gagal Berangkat Umrah Sepanjang 2017 | PT Rifan Financindo Berjangka



Selain itu, mendesak pemerintah meningkatkan pengawasan kepada biro umrah dan mengetatkan penerbitan izin biro umrah.


Hal ini perlu dilakukan agar melindungi konsumen dari tindakan penipuan atau gagalnya keberangkatan ke tanah suci setelah dilakukan pembayaran.


Keempat, PT Kafilah Jalan Lurus atau KJL Tour sebanyak 122 aturan. Dan kelima PT Wisata Basmalah Tour & Travel Bandung sebanyak 33 aduan konsumen.


Sementara itu, YLKI menyatakan akan terus mengawal dan mendampingi konsumen terkait banyaknya aduan kepada biro umrah dan juga memberikan edukasi agar masyarakat tidak terjebak iming-iming atau penawaran paket umrah murah.



Dari data YLKI, sepanjang 2017, PT Frist Anugerah Karya Wisata atau Frist Travel mendapatkan pengaduan yang paling tinggi dengan 17.557 aduan konsumen.


Kedua, PT Assyifa Mandiri Wisata atau Khafilah Rindu Kabah sebanyak 3.056 pengaduan konsumen. Ketiga, PT Utsmanniyah Hannien Tour atau Hannien Tour sebanyak 1.821 pengaduan konsumen.


Padahal, kata Tulus, konsumen merupakan salah satu pilar penting dalam roda perekonomian negara.


"Pemerintah hanya piawai memberikan perizinan biro umrah, tetapi gagal total dalam pengawasan dan penegakan hukumnya untuk melindungi calon jemaah umrah," kata Tulus saat konferensi pers di Kantor YLKI, Duren Tiga, Jakarta, Jumat (19/1/2018).


Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI) memaparkan, sepanjang tahun 2017 telah menerima pangaduan konsumen sebanyak 22.613 terkait masalah jemaah umrah yang gagal berangkat ke tanah suci.


Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, banyaknya laporan atau pengaduan konsumen terkait masalah keberangkatan ibadah umrah menjadi indikasi kurangnya peran negara dalam melindungi konsumen.

YLKI catat 642 pengaduan sepanjang 2017, tertinggi belanja online 16 persen | PT Rifan Financindo Berjangka

Dia memaparkan, dari 16 persen atau 101 aduan konsumen, ada 8 toko online yang banyak diadukan konsumen yakni Lazada 18 aduan , Akulaku 14 aduan, Tokopedia 11 aduan, Bukalapak 9 aduan, Shopee 7 aduan, Blibli 5 aduan, JD.ID 4 aduan, Elevania 3 aduan.


"Keluhan dari belanja online itu terbanyak barang belum masuk. Itu mencapai 36 persen. Lainnya masalah sistem, refund tidak diberikan, barang tidak sesuai, dugaan yang di hack, cacat produk, pelayanan, harga, informasi dan barang telat diterima," jelasnya.


Lanjut dia, tingginya pengaduan terhadap belanja online disebabkan oleh lemahnya regulasi. Di mana sampai saat ini pemerintah belum mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang belanja online, yang sebenarnya aturan itu akan menjadi payung hukum.


Selain itu tidak adanya itikad baik dari operator belanja online terhadap pengaduan konsumen ketika melakukan transaksi. "Kemudian ketidakmengertian konsumen dalam belanja online itu sendiri," ujarnya.


Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi mengatakan, 10 besar dari 642 pengaduan terdiri dari belanja online 16 persen, perbankan 13 persen, perumahan 9 persen, telekomunikasi 8 persen, listrik 8 persen, leasing 6 persen, paket 6 persen, transportasi 5 persen, otomotif 3 persen dan TV kabel 2 persen pengaduan.


"Yang paling menohok dari pengaduan YLKI adalah belanja online. Saat ini yang paling tinggi adalah belanja online," kata Tulus di Kantornya, Jakarta, Jumat (19/1).


Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat 642 pengaduan umum sepanjang tahun 2017. Jumlah itu di luar dari pengaduan umrah yang mencapai 22.614 per Desember 2017. Artinya, total pengaduan yang masuk ke YLKI di 2017 sebanyak 23.229.




bottom of page