Dolar AS Masih Terpuruk di Level Terendah 3 Tahunan
Dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi terendah tiga tahunan terhadap sekeranjang mata uang | PT Rifan Financindo Berjangka
Dolar AS berada di dekat level terendah enam mingguan terhadap yen di 111,08 yen, sementara poundsterling berada di level tertinggi sejak pertengahan 2016 pada level USD1,3737.
Dolar Kanada mengut seiring taruhan bahwa bank sentral negara tersebut akan menaikkan suku bunga pada sebuah pertemuan kebijakan. Dolar AS yang melunak juga dikombinasikan dengan permintaan China yang positif terhadap sebagian besar harga komoditas.
Selain itu, adanya berita Kanselir Jerman Angela Merkel dan partai Demokrat Sosial (SD) menuju perundingan koalisi formal. Anggota pemimpin Demokrat Sosial mengatakan bahwa mereka akan mendesak perbaikan pada cetak biru koalisi.
Sementara Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda mengulangi keputusan bank sentral untuk mempertahankan program stimulus massalnya, sampai inflasi 2% dicapai secara stabil. Dia juga mengatakan bahwa ekonomi negara tersebut diperkirakan akan terus berlanjut.
Euro turun 0,1% menjadi USD1,2191 namun tetap berada di level puncaknya di USD1,2218 yang dicapai pada akhir pekan kemarin, tertinggi sejak Desember 2014. Terhadap yen, dolar merosot ke tingkat terendah sejak pertengahan September, karena komentar dari gubernur bank sentral Jepang menggarisbawahi pemulihan ekonomi Jepang.
Euro berada di puncak tiga tahunan USD1,2203 dan mencatat kenaikan 1,3% selama sepekan kemarin. Mata uang tunggal ini telah didukung oleh spekulasi bahwa pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa sedang bersiap untuk menurunkan stimulus moneter mereka yang luas.
Dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi terendah tiga tahunan terhadap sekeranjang mata uang. Seementara euro mendapat nafas setelah melonjak karena harapan bahwa para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa bersiap untuk memangkas stimulus moneter mereka lebih jauh.
Indeks dolar, yang mengukur mata uangnya terhadap sekeranjang mata uang, turun 0,1% menjadi 90,931 setelah jatuh sejauh 90,857 di awal sesi, terendah sejak Januari 2015.
Terapresiasi 32 Poin, Mayoritas Kurs di Asia Menguat | PT Rifan Financindo Berjangka
Adapun hanya dolar Hong Kong yang terpantau melemah terhadap dolar AS dengan depresiasi mencapai 0,01%.
Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama turun 0,18% atau 0,165 poin ke level 90,809 pada pukul 11.34 WIB.
Sementara itu, pergerakan mayoritas mata uang di Asia terpantau cenderung menguat terhadap dolar AS. Renminbi China memimpin penguatan di Asia dengan apresiasi sebesar 0,65%, disusul ringgit Malaysia yang menguat 0,38%.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah juga menguat 0,15% atau 20 poin ke level Rp13.333 per dolar AS pada pukul 11.33 WIB.
Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Senin (15/1/2018) di Rp13.330 per dolar AS, terapresiasi 32 poin atau 0,24% dari posisi Rp13.362 pada hari Jumat (12/1/2018).
Kurs jual ditetapkan di Rp13.263 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp13.397 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp134.
( Baca : Rupiah Diharap Terus Menguat ke Rp13.340/USD )
Rupiah Diprediksi Dapat Kembali Menguat | PT Rifan Financindo Berjangka
Pergerakan rupiah mampu melampaui batas resisten Rp13.386/USD, adanya rilis pertumbuhan tipis kredit meski masih di bawah harapan dua digit namun, cukup direspons positif.
"Di sisi lain, menguatnya laju sejumlah mata uang Asia dan EUR yang terimbas pemberitaan ECB yang akan menghentikan program stimulus moneternya," imbuh dia.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.408/USD dan resisten Rp13.340/USD.
Sementara, lanjut dia, pergerakan rupiah akhir pekan lalu kembali melanjutkan kenaikannya seiring masih melemahnya laju USD.
Pergerakan rupiah yang mampu berbalik positif pekan lalu diharapkan dapat kembali menguat seiring imbas kenaikan mata uang Asia dan EUR meskipun dari dalam negeri masih cenderung minim sentimen positif.