top of page

Kurang Sentimen Positif, Laju IHSG Terus Melemah

Pergerakan indeks saham pagi ini, Kamis (4/1), masih cenderung berada di zona merah | PT Rifan Financindo Berjangka

Walau begitu, ia menilai kondisi tersebut masih wajar. Pasalnya seperti biasa, setiap IHSG telah menyentuh level tertinggi terbarunya, maka cenderung terkena aksi ambil untung.


"Cenderung masih minimnya sentimen dari dalam negeri membuat peluang IHSG masih dalam tren pelemahannya. Hal itu terlihat dari lemahnya volume beli," tutur Reza.


Lebih lanjut, kata dia, banyaknya saham-saham bigcaps yang masuk dalam jajaran top loser ikut menurunkan laju IHSG. Bahkan kembali tercatatnya aksi beli asing serta menghijaunya sejumlah bursa saham Asia tidak cukup kuat mengangkat IHSG.


"Selain itu, minimnya sentimen pascaIHSG mengalami kenaikan tinggi dan sehari setelah diumumkannya rilis inflasi pada Desember 2017 sebesar 0,71 persen MoM atau 3,61 persen turut memengaruhi IHSG," jelas Reza di Jakarta, Kamis, (4/1).


Analis Binaartha Securities Reza Priyambada mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat gerak IHSG cenderung melemah. Di antaranya, karena adanya lelang SUN yang menyerap dana sebesar Rp 25,5 triliun dari penawaran sebesar Rp 86,21 triliun.


Pelemahan pun terus terjadi, pada pukul 10.07 WIB, IHSG menurun 0,12 persen atau 7,25 poin ke level 6.244. Kemudian jelang siang, IHSG berada di posisi 6.242,49 atau melemah 0,14 persen.


Maka tidak butuh waktu lama, laju IHSG langsung berbalik melemah. Pada pukul 10.03 WIB, indeks saham terpantau melemah 0,01 persen atau 0,34 poin di 6.251,14.


Meski pagi ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat. Hanya saja penguatan tersebut sangat tipis yakni 0,1 persen di level 6.257,72.


Pergerakan indeks saham pagi ini, Kamis (4/1), masih cenderung berada di zona merah. Hal itu melanjutkan pelemahannya pada perdagangan kemarin yang ditutup melemah hingga 1,38 persen di level 6.251,48.

Saham-saham paling oke menjelang pemilu | PT Rifan Financindo Berjangka


Sementara, bagi investor high risk bisa melakukan akumulasi beli di saham ketika harga saham terkoreksi di semester dua nanti. "Investor high risk bisa mengalokasikan sebagian besar investasi di saham untuk jangka panjang," jelas Eko.


Dia menyarankan, agar imbal hasil yang diperoleh lebih optimal, investor sebaiknya masuk ke saham blue chips.


"Biasanya sehabis Pemilu, siapapun yang terpilih jadi Presiden, pasar akan naik tinggi," kata Eko. Investasi yang baik menurut Eko adalah dalam waktu jangka panjang. Bagi investor berkarakter low risk bisa mengalokasikan dana 10% pada instrumen jangka pendek, seperti di deposito, 30% pada surat utang negara (SUN) dan sisanya pada emas atau properti untuk instrumen investasi jangka panjangnya.


Karena itu, IHSG berpotensi turun di semester dua ini.Untuk mengatasi itu, di semester dua, investor bisa mengakumulasi saham secara selektif ketika terkoreksi. Strategi lain, Eko menyarankan pada semester dua investor yang biasa menempatkan dananya di saham bisa parkir pada instrumen lain, seperti emas ataupun deposito.


"Dua instrumen investasi ini masih bisa dipegang hingga 2019," analisa dia. Investor bisa kembali mengalokasikan sebagian besar investasinya di saham pada 2019.


Namun, Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, punya pendapat berbeda. Ia memperkirakan kinerja IHSG akan cenderung turun jelang Pemilu 2019.


"IHSG memiliki peluang menguat tinggi di semester satu, setelah itu biasanya turun," kata dia. Ini terjadi karena kondisi politik mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Proses pemilu biasanya sudah dimulai di semester kedua di tahun sebelum pelaksanaan pemilu.


Selain itu, instrumen saham juga bisa dimanfaatkan untuk menghadapi situasi geopolitik yang sulit diprediksi. Saham diyakini masih bisa mendorong kinerja portofolio invesstasi. Tapi, syaratnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berlanjut.


Selain itu, kenaikan harga komoditas yang stabil sejak 2017 akan mulai berdampak pada sektor konsumsi. Hal ini juga bakal menopang pergerakan IHSG tahun ini. "Di 2018 ketidakpastian akan lebih rendah, karena IHSG disokong saham dengan sektor yang lebih baik, seperti keuangan dan konsumer yang harganya tidak banyak bergejolak, berbeda dengan tahun ini yang isinya banyak saham sektor komoditas," kata Teddy.



Pelaksanaan pilkada tahun ini dan pemilu tahun depan akan mempengaruhi pasar modal. Dua gelaran politik tersebut diprediksi bakal mengerek pertumbuhan ekonomi.


"Benefit dari pemilu dan dana kampanye biasanya bisa mendorong konsumsi pemerintah maupun rumah tangga meningkat," jelas Teddy.


"Total return dan kupon obligasi di 2018 tidak bisa setinggi tahun lalu. Ini membuat saham lebih menarik daripada obligasi," kata dia, Selasa (2/1).


Instrumen investasi dalam bentuk saham masih bisa menjadi andalan untuk tahun ini. Namun, investor perlu mewaspadai situasi jelang Pemilu 2019. Ada potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah setahun sebelum Pemilu.


Head of Intermediary Business Schroders Investment Management Indonesia Teddy Oetomo mengatakan, dalam dua tahun terakhir, instrumen investasi dalam bentuk obligasi dan saham bersaing mencatatkan kinerja terbaik. Tapi, kini yield obligasi dengan tenor 10 tahun telah turun ke level 6,3%.



Melemah Tipis di Awal Dagang, IHSG Kemungkinan Lanjutkan Koreksi | PT Rifan Financindo Berjangka

Tim analis Oso Sekuritas menyebutkan IHSG ditutup anjlok sebesar 1.4% ke level 6,251. IHSG sudah terbentuk swing high indikasi sinyal sell.


Stochastic, RSI bergerak bearish dan MACD histogram bergerak ke arah negatif serta volume turun.

"IHSG diperkirakan melanjutkan pelemahan di kisaran 6,180 - 6,277," tulis riset mereka.


Adapun enam sektor lainnya bergerak menguat, dengan dorongan utama dari sektor tambang yang naik 0,55% dan sektor pertanian yang menguat 0,37%.


Oso Sekuritas memprediksi IHSG akan bergerak melanjutkan pelemahan di kisaran 6.180 - 6.277.


Sebanyak 104 saham bergerak menguat, 43 saham bergerak melemah, dan 423 saham stagnan dari 570 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pagi ini.


Tiga dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama dari sektor infrastruktur yang melemah 0,38.


Adapun pada akhir perdagangan kemarin, Rabu (3/1/2018), IHSG ditutup melemah 1,38% atau 87,76 poin ke level 6.251,48.


IHSG hari ini dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,1% atau 6,24 poin di level 6.257,72, namun berbalik melemah meski hanya 0,03% atau 2,05 poin ke level 6.249,43 pada pukul 9.13 WIB.


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah pada awal perdagangan hari ini, Kamis (4/1/2018).



bottom of page